Menurut National Cancer Institute (NCI), comedocarcinoma adalah jenis kanker payudara yang dianggap stadium sangat awal atau bahkan disebut sebagai tahap pra-kanker. Ini juga merupakan subtipe karsinoma duktal in situ (DCIS) yang dianggap sebagai kanker payudara non-invasif karena hanya mempengaruhi sel-sel di saluran susu dan belum menyebar ke jaringan terdekat.

Walau begitu, American Cancer Society (ACS) mencatat comedocarcinoma menyumbang hampir 1 dari 5 diagnosis kanker payudara. Hampir semua kasus DCIS juga dirawat untuk memastikan kanker tidak menyebar di masa depan.

Tidak seperti bentuk kanker payudara lainnya, mengutip Healthline, comedocarcinoma terdiri dari pertumbuhan kecil seperti sumbat yang sulit disadari sampai seseorang menjalani pemeriksaan payudara secara teratur. Pra-kanker ini juga tidak selalu menimbulkan gejala, yang membuat mamografi rutin menjadi lebih penting dalam deteksi dini.

Mamografi atau mammogram sendiri merupakan tes pemindaian untuk melihat gambaran kelenjar payudara dan jaringan disekitarnya. Tujuannya yakni untuk mendeteksi berbagai bentuk kelainan pada payudara, antara lain kanker payudara, kista payudara tumor jinak, dan penumpukan kalsium atau kalsifikasi di jaringan payudara.

Dalam sebuah jurnal medis bertajuk Ductal Carcinoma In Situ of the Breast: An Update with Emphasis on Radiological and Morphological Features as Predictive Prognostic Factors, comedocarcinoma paling sering ditemukan selama mammogram rutin. Faktanya, diperkirakan 70 persen hingga 90 persen kasus DCIS terdeteksi sebagai kalsifikasi abnormal selama proses Mamografi, yang mampu mendeteksi kanker payudara hingga 3 tahun sebelum Anda dapat merasakannya di jaringan payudara.

Sayangnya, ketersediaan alat mammogram di Indonesia masih sedikit apabila dibandingkan dengan negara tetangga, Australia dan Thailand. Mengutip informasi yang disiarkan Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, hanya 200 dari 3 ribu rumah sakit di Indonesia yang memiliki mammogram. Adapun Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan dari 514 kabupaten/kota di Indonesia, hanya di bawah 100 kabupaten/kota yang memiliki mammogram.

Padahal, kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak dideteksi di tanah air dan menjadi salah satu penyumbang kematian tertinggi akibat kanker. Mengutip data Globocan tahun 2020, Kemenkes menuturkan jumlah kasus baru kanker payudara mencapai 68.858 kasus atau setara 16,6 persen dari total 396.914 kasus baru kanker di Indonesia dan menyebabkan 22 ribu jiwa meninggal dunia.

Plt Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes Elvida Sariwati, pada Februari silam, menyebut sebanyak 70 persen kasus kanker payudara baru dideteksi ketika sudah memasuki stadium lanjut. Padahal menurutnya, sekitar 43 persen kematian akibat kanker bisa dikalahkan apabila pasien rutin melakukan deteksi dini dan menghindari faktor risiko penyebab kanker.

''70% dideteksi sudah di tahap lanjut, kalau kita bisa mendeteksi di tahap awal mungkin kematiannya bisa kita tanggulangi,'' kata Elvida ketika menghadiri acara Temu Media Hari Kanker Sedunia.

Kemenkes sendiri tengah berbenah dengan memenuhi kebutuhan mammogram di semua kabupaten dan kota di Indonesia sebagai bentuk implementasi dari transformasi kesehatan bidang Layanan Primer. Dikatakan Menkes Budi, pemerintah sudah berkomitmen untuk melengkapi seluruh rumah sakit provinsi di Indonesia akan dilengkapi dengan alat mammogram pada 2024.

''Saya pastikan 2024 sudah punya mammogram di 514 kabupaten/kota. Yang paling penting adalah hidup sehat jangan terkena kanker,'' tegas Menkes Budi di acara Pink Walk Skrining Payudara pada bulan lalu.

Selain pemeriksaan payudara secara klinis, kanker payudara juga bisa dideteksi sedini mungkin melalui pemeriksaan sendiri. Mengutip laman resmi American Cancer Society, kanker payudara tahap awal utamanya dicirikan dengan adanya benjolan di payudara, yang bisa berupa massa berbentuk bulat, lunak, dan terasa menyakitkan saat disentuh. Selain itu perubahan lain terletak pada tekstur kulit sekitar payudara yang nampak bersisik atau sangat kering di sekitar puting, dan berubah warna menjadi merah, ungu mirip memar, atau kebiruan. Tak hanya itu, kanker payudara dapat menyebabkan perubahan sel di belakang puting susu yang menyebabkan puting susu terbalik ke bagian dalam payudara atau mengalami perubahan bentuk dan ukuran.

Baca Juga: