LOS ANGELES - Gletser di pesisir Antartika menumpahkan gunung es lebih cepat dari yang dapat diisi kembali oleh alam sehingga menggandakan perkiraan kerugian sebelumnya dari lapisan es terbesar di dunia selama 25 tahun terakhir. Hal itu terungkap lewat analisis satelit yang diungkapkan pada Rabu (10/8).

Studi pertama yang dipimpin para peneliti di Jet Propulsion Laboratory (JPL) NASA di dekat Los Angeles, Amerika Serikat (AS), dan diterbitkan dalam jurnal Nature itu telah menimbulkan kekhawatiran baru tentang seberapa cepat perubahan iklim melemahkan lapisan es terapung Antartika dan mempercepat naiknya permukaan laut global.

Temuan penelitian penting ini mengindikasikan hilangnya es Antartika dari bongkahan gletser pesisir yang jatuh ke laut, hampir sama besarnya dengan jumlah bersih es yang telah diketahui para ilmuwan hilang karena penipisan yang disebabkan pencairan lapisan es dari bawah oleh suhu laut yang memanas. "Secara bersama-sama, penipisan dan keruntuhan telah mengurangi massa lapisan es Antartika sebesar 12 triliun ton sejak 1997, dua kali lipat dari perkiraan sebelumnya," demikian kesimpulan dari analisis itu.

"Antartika runtuh pada tepiannya," menurut Chad Greene, ilmuwan JPL yang jadi penulis utama studi itu.

"Hilangnya lapisan es Antartika dalam kurun seperempat abad terakhir mencakup hampir 37.000 kilometer persegi dan luas itu hampir seukuran Swiss," imbuh dia. "Dan ketika lapisan es menyusut dan melemah, gletser besar di benua itu cenderung mempercepat dan meningkatkan laju kenaikan permukaan laut global," tambah Greene.

Konsekuensi Besar

Konsekuensinya bisa sangat besar karena Antartika menyimpan 88 persen potensi permukaan laut dari semua es dunia.

Lapisan es adalah lapisan terapung permanen dari air tawar beku yang menempel di daratan. Membutuhkan waktu ribuan tahun bagi membentuk lapisan es ini yang berfungsi seperti penopang yang menahan gletser yang jika tidak, akan dengan mudah meluncur ke laut dan menyebabkan permukaan laut naik.

Ketika lapisan es stabil, siklus alami jangka panjang untuk menciptakan dan menumbuhkan kembali lapisan es akan menjaga agar ukurannya tetap konstan. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, menurut NASA, pemanasan lautan telah melemahkan lapisan dari bawahnya, sebuah fenomena yang sebelumnya didokumentasikan oleh altimeter satelit yang mengukur ketinggian es yang berubah dan menunjukkan kerugian rata-rata 149 juta ton per tahun dari 2002 hingga 2020.

Untuk analisis mereka, tim Greene mensintesis citra satelit dari panjang gelombang yang terlihat, inframerah termal dan radar untuk memetakan aliran glasial dan pertumbuhannya sejak 1997, agar lebih akurat dari sebelumnya di lebih dari 50.000 kilometer garis pantai Antartika.

Kerugian yang diukur dari lapisan es alami di Antartika begitu besar sehingga para peneliti menemukan benua beku ini tidak mungkin dapat kembali pulih ke tingkat gletser pra-2000 pada akhir abad ini.

Baca Juga: