Presiden Rusia Vladimir Putin dilaporkan bertemu dengan Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei dalam kunjungannya ke Teheran pada Selasa (19/7). Lawatan ini sekaligus menjadi lawatan perdana Putin ke luar negeri selain negara eks Uni Soviet sejak invasi ke Ukraina di mulai pada 24 Februari.

Dalam pertemuan keduanya, Khamenei menyebut perang sebagai isu yang "keras dan sulit". Ia turut menegaskan bahwa Iran tak menyukai dampak perang yang membuat rakyat menderita.

Namun, Khamenei tetap menyatakan dukungan atas invasi Rusia ke Ukraina. Ia bahkan menyebut invasi Rusia itu sebagai "inisiatif". Menurutnya, jika bukan Rusia maka pihak Barat lah yang akan menyebabkan perang.

"Namun, dalam kasus Ukraina ini, jika Anda (Rusia) tidak mengambil inisiatif, pihak lain (barat) yang akan menyebabkan perang karena inisiatif mereka sendiri," papar Khamenei.

Hal itu merujuk pada langkah Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang terus memperluas keanggotaannya termasuk ke wilayah Eropa Timur.

"Jika jalan terus terbuka bagi NATO, organisasi itu tidak akan menyadari batasnya dan jika mereka tak dihentikan di Ukraina, mereka akan menyulut perang yang sama di kemudian hari atas nama Krimea," ujar Khamenei merujuk pada wilayah Ukraina yang dianeksasi Rusia.

Tak hanya mendukung invasi Rusia, Khamenei juga menegaskan bahwa Iran dan Rusia harus terus bekerja sama melemahkan pengaruh Barat terutama Amerika Serikat (AS) di dunia.

Dalam pertemuan itu, Putin pun menyambut hangat dukungan Iran terhadap apa yang disebutnya sebagai "operasi militer" Rusia di Ukraina. Putin juga menegaskan bahwa Moskow terpaksa melancarkan invasi tersebut. Menurutnya, Rusia tidak punya pilihan lain selain invasi Ukraina.

"Tidak ada yang menginginkan peperangan dan warga sipil yang menjadi korban adalah traged besar, tapi gelagat negara Barat membuat kami tidak punya pilihan selain merespons," ujar Putin seperti dikutip The Guardian.

Lebih lanjut, Putin dan Khamenei meneken sejumlah kesepakatan kerja sama kedua negara, termasuk nota kesepahaman (MoU) terkait kontrak kerja sama minyak senilai 40 juta dolar AS atau setara sekitar Rp619 miliar.

Pada sisi lain, AS melihat pertemuan Putin dan Khamenei sebagai bukti Rusia telah terisolasi dari dunia akibat rentetan sanksi dari Amerika dan sekutu hampir di seluruh sektor.

Baca Juga: