Penyakit Japanese Encephalitis sangat berbahaya karena dapat menyebabkan radang otak yang berakibat fatal jika tidak segera ditangani.
Arif Nur Muhammad Ansori, Universitas Airlangga
Indonesia masih menghadapi berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh virus, salah satunya japanese encephalitis (JE). Penyakit akibat infeksi Japanese encephalitis virus (JEV) ini sering ditemukan di kawasan yang banyak dihinggapi nyamuk penular penyakit (vektor).
Selama kurun 2014 hingga 2024, terdapat lebih dari 140 kasus JE di Indonesia. Penyakit JE sangat berbahaya karena dapat menyebabkan radang otak (ensefalitis) yang berakibat fatal jika tidak segera ditangani.
Untuk mencegah penyebaran penyakit JE, pemerintah Indonesia menggelar program vaksinasi japanese encephalitis di sejumlah kabupaten/kota.
Lantas, seberapa efektif vaksin japanese encephalitis untuk mengatasi penyakit JE?
Penularan dan gejala 'japanese encephalitis'
Sebelum menginfeksi manusia, JEV mulanya berkembang di tubuh babi dan burung air. Lalu, virus ini dibawa oleh nyamuk Culex tritaeniorhynchus setelah menghisap darah babi atau burung air yang terinfeksi. Manusia bisa tertular penyakit JE setelah digigit oleh nyamuk culex pembawa JEV.
Penyebaran penyakit JE terutama terjadi di kawasan padat penduduk yang dekat dengan lingkungan tinggal nyamuk culex, yaitu genangan air di area persawahan, kolam, maupun peternakan. Penyebaran penyakit ini kian masif ketika nyamuk culex banyak berkembang biak saat musim hujan.
Seseorang yang terinfeksi JEV bisa mengalami gejala yang bervariasi, dari ringan hingga berat. Pada tahap awal, pengidap JE mungkin mengalami demam ringan, sakit kepala, maupun gejala serupa flu. Pada kasus yang lebih parah, infeksi JEV dapat menyebabkan radang otak, yang ditandai dengan demam tinggi, sakit kepala hebat, kejang, penurunan kesadaran, hingga koma.
Kebanyakan pengidap JE mengalami gejala ringan atau bahkan tidak menunjukkan gejala sama sekali. Meski begitu, sekitar 1 dari 250 pengidap JE berisiko mengalami radang otak parah yang dapat berakibat fatal. Dalam beberapa kasus, penyakit ini bisa menyebabkan kematian, terutama pada anak-anak.
Tingkat kematian pasien radang otak akibat penyakit JE mencapai 30%. Sekitar 30-50% pasien yang selamat juga berisiko mengalami kerusakan saraf jangka panjang, seperti kelumpuhan, gangguan bicara, maupun keterbelakangan mental yang parah.
Kerusakan ini dapat menghambat perkembangan fisik dan mental anak penyintas JE sehingga sangat berdampak terhadap kualitas hidup mereka.
Seberapa efektif vaksin JE?
Salah satu cara paling efektif untuk mengendalikan penyebaran japanese encephalitis adalah melalui vaksinasi JE. Program vaksin ini sangat penting untuk melindungi masyarakat, terutama anak-anak, kelompok yang paling rentan terinfeksi JEV.
Vaksin JE pertama kali dikembangkan pada pertengahan abad ke-20 dan sejak itu digunakan secara luas di sejumlah negara Asia yang terkena wabah JE.
Di Indonesia, beberapa kota/kabupaten sudah mewajibkan vaksinasi JE untuk anak-anak dan remaja berusia 9 bulan hingga 15 tahun. Kota Yogyakarta, misalnya, mencanangkan program vaksinasi JE untuk 82 ribu anak.
Vaksin JE bekerja dengan merangsang tubuh agar menghasilkan zat kimia dalam darah sekaligus bagian dari sistem kekebalan (antibodi) yang bertugas melawan virus JE. Dengan begitu, ketika kamu terpapar virus JE, tubuhmu sudah memiliki kekebalan yang cukup untuk melawan infeksi.
Vaksin JE memiliki tingkat perlindungan hingga 90% atau lebih dalam mencegah infeksi Japanese encephalitis virus. Selain itu, pemberian dua dosis vaksin bisa mempertahankan kekebalan hingga beberapa tahun. Namun, untuk mempertahankan kekebalan jangka panjang, pemberian booster tetap disarankan.
Terdapat beberapa jenis vaksin JE yang sudah tersedia, yaitu live attenuated chimeric vaccine (IMOJEV MD), inactivated mouse brain-derived vaccine (JE-MB), inactivated vero cell-derived vaccine (JE-VC/IXIARO), dan live-attenuated vaccine (galur SA 14-14-2).
Vaksin JE yang digunakan di Indonesia saat ini adalah IMOJEV MD-berisi satu jenis virus Japanese encephalitis yang telah dilemahkan. Namun, jangan khawatir, penggunaan vaksin ini tidak lantas membuat kamu tertular penyakit JE, melainkan membantu antibodi membangun sistem pertahanan sehingga tubuhmu sanggup melawan infeksi JEV.
Di sejumlah negara, seperti Jepang, Korea Selatan, dan Cina, program vaksinasi JE massal efektif mengurangi kasus JE secara signifikan.
Jepang, negara asal ditemukannya virus JE, telah berhasil mengendalikan penyebaran penyakit melalui program vaksinasi yang luas dan berkelanjutan sejak tahun 1950-an.
Selain lewat vaksinasi JE, penyebaran penyakit juga bisa dicegah masyarakat, terutama penghuni kawasan berisiko tinggi tertular virus, melalui sejumlah cara. Masyarakat bisa membersihkan genangan air tempat berkembang biak nyamuk, terutama di sekitar rumah dan tempat umum.
Penggunaan obat antinyamuk, baik berbentuk krim ataupun semprotan, bisa jadi langkah pencegahan tambahan. Untuk orang yang tinggal atau bekerja di daerah endemik, kenakan pakaian panjang dan pelindung tubuh agar mengurangi risiko digigit nyamuk.
Meski begitu, vaksinasi JE tetap harus diprioritaskan sebagai langkah pencegahan utama. Dengan tingkat efektivitas yang tinggi, vaksin JE terbukti sanggup melindungi individu dari risiko ensefalitis parah akibat infeksi JEV.
Butuh kerja sama semua pihak
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah menyelenggarakan program vaksinasi JE sejak tahun 2023, dengan harapan dapat menekan kasusnya dalam beberapa tahun ke depan.
Kendati vaksinasi JE sangat efektif dalam mencegah penyebaran penyakit, pelaksanaan vaksinasi secara massal menghadapi sejumlah tantangan.
Pertama, infrastruktur kesehatan yang terbatas di beberapa daerah terpencil, menghambat pendistribusian vaksin secara merata.
Kedua, kesadaran masyarakat soal pentingnya vaksinasi JE masih perlu ditingkatkan. Soalnya, masih ada kekhawatiran dan kesalahpahaman seputar efek samping vaksin di masyarakat karena beredarnya kabar hoaks soal vaksin dan program vaksinasi.
Ketiga, penyimpanan dan distribusi vaksin perlu diperhatikan. Sebab, untuk menjaga efektivitasnya, vaksin JE memerlukan ruang penyimpanan khusus dengan suhu tertentu. Karena itu, diperlukan kolaborasi antara pemerintah, lembaga kesehatan nasional dan internasional, serta masyarakat untuk memastikan pelaksanaan program vaksinasi berjalan lancar dan mencapai target populasi yang dicanangkan.
Kerja sama antara semua pihak diharapkan dapat mengendalikan penyebaran penyakit JE sehingga masyarakat bisa terlindungi dari risiko radang otak yang berbahaya.
Arif Nur Muhammad Ansori, Researcher, Postgraduate School, Universitas Airlangga
Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.