PBB - Sebuah konferensi yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengumpulkan dana 2,4 miliar dolar AS pada Rabu (24/5) untuk mencegah kelaparan di Tanduk Afrika akibat kekeringan terburuk dalam beberapa dasawarsa karena suhu global meningkat.

Dana tersebut akan membantu menyelamatkan hampir 32 juta orang di Ethiopia, Kenya, dan Somalia, kata badan kemanusiaan dunia OCHA dalam sebuah pernyataan.

"Kelaparan telah dihindari, sebagian berkat upaya luar biasa dari masyarakat lokal, organisasi kemanusiaan, dan pihak berwenang, serta dukungan dari para donor," kata OCHA.

Tetapi jumlahnya jauh lebih kecil dari 7 miliar dolar AS yang menurut PBB diperlukan untuk memberikan bantuan kepada orang-orang yang terkena dampak kekeringan dan konflik di wilayah tersebut.

"Darurat masih jauh dari selesai, dan sumber daya tambahan sangat dibutuhkan untuk mencegah kembali ke skenario terburuk," tambah OCHA.

Sejak akhir 2020, negara-negara di Tanduk Afrika - Djibouti, Ethiopia, Eritrea, Kenya, Somalia, Sudan Selatan, dan Sudan - telah menderita kekeringan terburuk di kawasan itu dalam 40 tahun.

Lima musim hujan yang gagal menyebabkan jutaan orang membutuhkan makanan, tanaman rusak, dan jutaan ternak mati.

Lebih dari 23,5 juta orang mengalami kerawanan pangan akut tingkat tinggi di Ethiopia, Kenya, dan Somalia, menurut OCHA.

Di Somalia saja, yang juga bergolak dalam konflik, jumlah orang yang mengungsi karena konflik bersenjata, kekeringan, atau banjir mencapai 3,8 juta, dengan 6,7 juta orang berjuang untuk mendapatkan makanan, menurut angka dari PBB dan Dewan Pengungsi Norwegia.

Lebih dari setengah juta anak mengalami kekurangan gizi parah, kata kedua organisasi itu.

Kematian akibat kelaparan meningkat di Afrika karena kekeringan yang diperparah oleh perubahan iklim dan konflik, kata para pejabat dan ilmuwan PBB.

Kekeringan yang menghancurkan di Tanduk Afrika tidak mungkin terjadi tanpa efek emisi gas rumah kaca, kata kelompok Atribusi Cuaca Dunia, tim ilmuwan iklim internasional, dalam sebuah laporan yang dirilis pada April.

"Kita tidak boleh berpuas diri," kata Andrew Mitchell, Menteri Negara Pembangunan dan Afrika Inggris."Ancaman yang jelas dan nyata tetap ada, dan kita harus bertindak sekarang untuk mencegah penderitaan lebih lanjut.

"Pendanaan yang dijanjikan hari ini akan membantu jutaan orang, tetapi kita harus bekerja sama untuk memutus siklus krisis yang melanda begitu banyak negara."

Awal pekan ini, sekelompok LSM, termasuk Islamic Relief Worldwide dan Save the Children, meminta para donor untuk sepenuhnya mendanai respons kemanusiaan yang diperlukan untuk "salah satu ketidakadilan iklim terbesar di zaman kita."

Mengutip angka PBB, organisasi tersebut menunjukkan bahwa meskipun dana dimobilisasi untuk membantu wilayah tersebut tahun lalu, diperkirakan 43.000 orang meninggal akibat kekeringan di Somalia saja pada 2022.

Pada pembukaan konferensi para donor -- yang diselenggarakan bersama Italia, Qatar, Inggris, dan Amerika Serikat -- Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengimbau "suntikan dana segera dan besar" untuk menghentikan orang dari kematian.

"Kita harus bertindak sekarang untuk mencegah krisis berubah menjadi malapetaka," tambahnya. Tahun lalu negara-negara donor memberikan bantuan penting kepada 20 juta orang di kawasan itu dan membantu mencegah kelaparan.

Baca Juga: