JAKARTA - Data Riskesdas pada 2018 menunjukkan peningkatan kasus kematian pada usia muda atau produktif akibat penyakit jantung koroner di Indonesia. Fenomena ini dipicu oleh perilaku gaya hidup masyarakat yang tidak sehat, faktor genetik, paparan lingkungan, serta peningkatan faktor risiko kesehatan.

"Hal ini menyebabkan pergeseran kasus kardiovaskular seperti penyakit jantung koroner yang sebelumnya sering dikaitkan dengan kelompok usia lanjut menjadi ancaman bagi kelompok usia muda," kata dokter spesialis jantung dan pembuluh darah subspesialis jantung dan pembuluh darah kardiologi intervensi RS Pondok Indah - Puri Indah dr. Johan Winata, Sp. J. P, Subsp. K. I (K), FIHA, dalam konferensi pers peluncuran penggunaan alat The New Revolutionary CT Scan 512 Slice with AI, di Jakarta Senin (27/5).

Tidak hanya meningkatkan risiko kematian dini pada usia muda, mereka yang mengalami penyakit jantung koroner cenderung merasakan dampak signifikan karena adanya penurunan kualitas hidup. Hal ini karena penderita mengalami keterbatasan aktivitas fisik, serta meningkatkan risiko komplikasi penyakit lain yang lebih serius.

"Penyakit jantung koroner berdampak pada kesehatan mental dan meningkatkan beban finansial. Untuk itu, langkah-langkah pencegahan seperti menerapkan gaya hidup sehat, mengelola faktor risiko, dan secara rutin melakukan pemeriksaan kesehatan diperlukan sebagai upaya deteksi dini dan pencegahan risiko penyakit jantung koroner," ujar dr. Johan.

Dengan berbagai dampak gangguan jantung yang mengintai, kesadaran akan pentingnya deteksi dini pada usia produktif melalui medical health check-up rutin perlu ditingkatkan. Langkah ini berguna untuk menghindari keterlambatan diagnosis dan penanganan medis.

"Deteksi dini bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit. Kalau sudah muncul gejala itu artinya sudah muncul penyakit," terangnya.

Penggunaan The New Revolutionary CT Scan 512 Slice with AI sebagai salah satu modalitas diagnostik di RS Pondok Indah - Puri Indah memastikan pemeriksaan CT Scan berlangsung cepat dan nyaman bagi pasien. Pemindaian (scanning) hanya membutuhkan waktu 0,23 detik atau 1-beat cardiac (memindai dalam 1 degupan jantung).

"Hal ini memudahkan pemeriksaan pada pasien dengan aritmia (denyut jantung tidak beraturan). Pemeriksaan CT-Scan kini dapat dilakukan tanpa pasien mengonsumsi obat beta blocker (penstabil denyut jantung)," kata dia.

Teknologi Artificial Intelligent (AI) Based Automatic Patient Positioning dan TrueFidelity pada alat CT Scan ini memastikan hasil pindaian tergambar sangat jelas (high-resolution imaging) karena AI dapat mengoreksi goyangan/gerakan. Dengan demikian pasien bisa mendapatkan gambaran jantung yang presisi.

"Hasil pencitraan dengan resolusi tinggi ini juga membantu pencitraan pasien dengan kalsifikasi arteri koroner, plak, dan yang sudah dipasang ring jantung. Tentunya, hal ini dapat memudahkan dokter untuk memberi diagnosis yang lebih akurat kepada pasien," jelasnya.

Dokter spesialis radiologi RS Pondok Indah - Puri Indah dr. Kanovnegara, Sp. Rad, B.Med.Sci menjelaskan, pemeriksaan dengan The New Revolutionary CT Scan 512 Slice with AI membantu pasien mendapatkan pengalaman scan time lebih cepat, dosis radiasi lebih rendah, dan dosis cairan kontras lebih sedikit. Berbagai keunggulan ini memberi kesempatan kepada pasien dengan beragam kondisi untuk dapat melakukan pemeriksaan CT Scan dengan lebih nyaman.

"Ditambah dengan adanya fitur kecerdasan buatan (AI) untuk memberi hasil pencitraan visual beresolusi tinggi yang dapat meningkatkan akurasi diagnosis dokter," terangnya.

Kehadiran teknologi alat tersebut membantu dokter dalam mendeteksi adanya plak di pembuluh darah yang dapat menyebabkan penyakit jantung koroner. Alat ini juga untuk mengevaluasi struktur jaringan anatomi jantung dan memberi pencitraan kondisi pembuluh darah lebih detail, serta dapat dimanfaatkan untuk mendeteksi dini penyakit jantung pada individu yang memiliki faktor risiko penyakit jantung.

Baca Juga: