Jakarta - Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Eva Susanti memaparkan "CERDIK" sebagai upaya pencegahan demensia dan alzheimer bagi para lansia.

"Pertama 'C' adalah cek kesehatan secara rutin untuk menemukan faktor risiko dan penyakit tidak menular yang dimiliki," katanya dalam diskusi tentang demensia dan alzheimer yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu.

Kemudian "E" untuk enyahkan asap rokok, "R" untuk rajin aktivitas fisik, "D" untuk diet gizi seimbang, "I" untuk istirahat cukup, dan "K" untuk kelola stres, yang dapat mengintervensi faktor risiko dan penyakit tidak menular yang dimiliki, kata Eva.

Kemenkes, kata dia, juga menyediakan program deteksi dini faktor risiko penyakit tidak menular melalui integrasi layanan primer kesehatan yang mengikuti siklus hidup.

"Yaitu skrining obesitas, hipertensi, diabetes, dan faktor risiko akibat merokok yang dilakukan setahun sekali, serta skrining faktor risiko stroke dan jantung yang dilakukan setahun sekali sejak usia 40 tahun," ujarnya

Selain itu, Eva menyebutkan Kemenkes juga memiliki upaya pencegahan demensia melalui skrining pengkajian pasien geriatri, dengan sasaran pasien pada usia 60 tahun ke atas yang dilakukan sebanyak sekali selama setahun.

Dalam skrining tersebut, kata dia, terdiri atas penilaian aktivitas kehidupan sehari-hari dengan indeks Barthel, penilaian status mental dengan instrumenGeriatric Depression Scale, serta penilaian status kognitif dengan InstrumenAbbreviated Mental Test.

Meski demikian, Eva menyatakan bahwa obat dari penyakit demensia belum ditemukan hingga kini. Namun, tata laksana tersebut dilakukan untuk mengatasi gejala dan pengobatan penyakit penyertanya.

"Penuaan tidak dapat dicegah, tapi kita semua bisa menua dengan sehat," kata Eva Susanti.

Baca Juga: