Sudah 15 tahun program Hari Bebas Kendaraan Bermotor (car free day (CFD) yang dilaksanakan setiap akhir pekan di sepanjang Jalan Jend. Sudirman- Jalan MH Thamrin itu berlangsung.

Sejak penyelenggaraan pertama kalinya, 2002, car free day digadang-gadangkan sebagai ajang interaksi warga Jakarta dalam satu titik. Selain itu, kegiatan ini juga diharapkan dapat mengurangi polusi udara yang disebabkan oleh kendaraan-kendaraan yang selalu melintasi setiap sudut jalan di Ibu Kota.

Sejauh mana harapan tersebut tercapai dalam program car free day, reporter Koran Jakarta Annisa Ibrahim, mewawancarai inisiator penyelenggara car free day, Alfred Sitorus di Jakarta, Minggu (24/9). Berikut Petikannya;

Sejauh mana dampak kehadiran CFD di Jakarta selama 15 tahun penyelenggaraannya ?

Tujuan utama diselenggarakannya CFD ini adalah untuk mengendalikan tingkat polusi yang ada di Jakarta. Sejauh ini CFD berhasil menurunkan tingkat pencemaran udara sekitar 60 persen di Jalan Sudirman - Thamrin. Tapi lagi-lagi saya katakan, kita masih gagal dalam mengajak masyarakat untuk melihat CFD sebagai ajang merubah gaya hidup.

Mengapa kehadiran CFD dikatakan gagal, padahal sudah menurunkan polusi hingga 60 persen ?

Coba saja kita lihat di jalan-jalan pinggiran Jalan Jend. Sudirman- Jalan MH Thamrin. Disana pencemaran udaranya tinggi, karena masyarakat yang masih menggunakan kendaraanya akan menggunakan jalur tersebut. Ini berati tujuan utama CFD masih belum diterima oleh masyarakat. Kita hanya mengalihkan saja.

Lalu, bagaimana caranya untuk menekan pencemaran udara secara merata ?

Seperti yang saya katakan, kegiatan CFD ini untuk mengajak masyarakat merubah gaya hidup. Salah satunya untuk tidak selalu menggunakan kendaraan pribadi.

Dengan begini pencemaran udara pasti akan menurun. Masyarakat seharusnya lebih banyak berjalan kaki, bersepeda, atau beralih dengan menggunakan transportasi publik.

Selain itu, apakah ada hal-hal lainnya yang menjadi momok penyelenggaraan CFD ?

Ada, salah satunya masalah sampah. Rata-rata sampah di CFD tuh setiap minggunya hampir dua ton. Tak hanya dari pengunjung, sampah-sampah juga berasal dari Pedagang Kaki Lima (PKL). Nah, kehadiran PKL ini juga akhirnya menjadi salah satu masalah.

Ada apa dengan kehadiran PKL di kegiatan CFD ?

Sebenarnya kita tidak melarang. Tapi ketika kehadiran PKL semakin banyak dan tidak teratur, maka kawasan CFD ini justru menjadi terlihat kotor dan kumuh. Terbukti, sampah bekas dagangannya berserakkan dimana-mana. Saya meminta agar Pemprov DKI turun tangan untuk membina PKL-PKL ini.

Apa yang harus dilakukan pemerintah terkait hal tersebut ?

Misalnya seperti dinas terkait harus bisa sosialisasi dan menata para PKL tersebut. Kalau mereka masih bandel, panggil saja Satpol PP untuk menertibkan. Harusnya ada pemindahan atau pengelompokan antara yang berdagang makanan, multiproduk dan lain-lain. P-5

Baca Juga: