Penjajahan di Kepulauan Cape Verde yang berada di Samudra Atlantik dimulai pada 1462. Lokasi yang cukup terpencil digunakan sebagai pangkalan pasokan bagi kapal-kapal yang berlayar ke dan dari wilayah Portugis di Hindia Timur dan Brasil.

Penjajahan di Kepulauan Cape Verde yang berada di Samudra Atlantik dimulai pada 1462. Lokasi yang cukup terpencil digunakan sebagai pangkalan pasokan bagi kapal-kapal yang berlayar ke dan dari wilayah Portugis di Hindia Timur dan Brasil.

Salah satu koloni Portugis adalah Cape Verde. Terletak sekitar 500 kilometer di lepas pantai Afrika Barat, gugusan pulau Cape Verde diberi nama sesuai dengan tanjung paling barat di benua Afrika. Ada sembilan pulau berpenghuni dari 11 pulau yang ada saat ini, ibu kotanya adalah Praia yang berada di Pulau Santiago.

Kondisi alam Cape Verde berbeda dengan pulau-pulau Atlantik lainnya. Kepulauan ini dilanda angin kering dan curah hujan tidak teratur, yang membuat kehidupan sangat rawan bencana.

Kemungkinan besar Cape Verde sebelumnya telah dikenal oleh para pelaut zaman dahulu seperti bangsa Fenisia dan para pelaut Islam serta orang Afrika. Namun, baru pada abad ke-15, ada orang yang menaruh minat serius untuk menghuni pulau-pulau tersebut.

Dua pelaut Genoa, yang berlayar di bawah bendera Portugis, menemukan kepulauan ini pada 1460. Nama mereka adalah Antonio dan Bartolomeo da Noli. Kerajaan Portugis sangat ingin mendapatkan akses langsung ke emas di Afrika barat. Kepulauan Cape Verde dinilai menyediakan sarana yang berguna bagi mereka untuk berlayar menyusuri pantai dan menghindari negara-negara Islam di Afrika utara yang bermaksud memonopoli perdagangan Afrika.

Pangeran Henry sang Navigator (alias Infante Dom Henrique, 1394-1460) telah mensponsori ekspedisi penemuan yang mengarah pada penjajahan Portugis di Madeira (1420) dan Azores (1439). Pulau-pulau ini terbukti berguna sebagai batu loncatan bagi para pelaut yang ingin melakukan ekspedisi penemuan lebih jauh ke selatan.

Pada 1462, giliran Cape Verde yang ditambahkan ke aset maritim dan pertanian Portugis. Awalnya pulau-pulau tersebut diberikan kepada Pangeran Fernando, keponakan dan pewaris Pangeran Henry. Tetapi pada 1495, pulau-pulau tersebut kembali ke kendali penuh raja, yang saat itu menjabat sebagai Raja Manuel I dari Portugis yang memerintah 1495-1521.

Meskipun lautan di Afrika barat saat itu merupakan wilayah yang di monopoli Portugis, terdapat beberapa perselisihan dengan Spanyol mengenai kepulauan Atlantik. Hal ini terutama mengenai siapa yang seharusnya memiliki Kepulauan Canary dan Cape Verde.

Perjanjian Alcáçovas-Toledo yang dilakukan antara 1479-1480 menetapkan bahwa Kepulauan Canary yang lebih dekat dengan Eropa adalah wilayah kekuasaan Spanyol. Sementara itu Portugis menguasai Cape Verde, Azores, dan Madeira.

Seperti halnya penjajahan Portugis di Azores dan Madeira, kerajaan membagi pulau-pulau tersebut dan memberikan kapten (donatarias) sebagai bagian dari sistem feodalisme untuk mendorong para bangsawan mendanai pembangunan mereka.

Kapten pertama Santiago adalah Antonio da Noli. Setiap kapten diberi tanggung jawab untuk menetap dan mengembangkan wilayah mereka dengan imbalan hak finansial dan peradilan. Oleh karena itu, kapten pada gilirannya membagikan sebagian tanah milik mereka kepada pengikutnya untuk pembangunan, sebidang tanah yang dikenal sebagaisemarias. Dalam banyak kasus, jabatan kapten menjadi jabatan turun-temurun.

Para pemukim Kepulauan Cape Verde sebagian besar merupakan campuran orang Portugis terutama dari Azores dan wilayah Algarve di Portugis. Orang-orang yang tidak diinginkan dari Portugis seperti orang yang dideportasi dan sejumlah orang Italia dan Prancis juga hadir. Belakangan para pemukim Inggris dan Afrika juga datang.

Seperti halnya penjajahan Portugis di Madeira dan Azores, penanaman tebu dilakukan dengan harapan yang tinggi. Namun, kekeringan di pulau-pulau tersebut membatasi hasil panen. Selain itu kekeringan dan kelaparan tidak jarang terjadi karena curah hujan yang sangat tidak teratur.

Perkebunan tebu menggunakan pekerja dari budak dari Afrika. Mereka bekerja di perkebunan termasuk terlibat dalam mengolah gula di pabrik. Hasilnya dijual lalu dikapalkan ke benua Amerika.

Cape Verde secara strategis penting sebagai pangkalan pasokan bagi kapal-kapal yang berlayar ke dan dari wilayah Portugis di Hindia Timur dan Brasil. Pulau-pulau tersebut mengirimkan budak-budak Afrika melintasi Atlantik dan memanfaatkan mereka sedemikian rupa di Kepulauan Cape Verde.

Pada akhirnya populasi budak di kepulauan menjadi bercampur secara ras dan hanya memiliki sedikit ikatan budaya dengan Eropa pada abad ke-17. Akhirnya pada 1975 pulau-pulau tersebut memperoleh kemerdekaan dari Portugis.

Hubungan Perdagangan

Pada 1466, Kerajaan Portugis telah memberikan hak kepada penduduk Cape Verde untuk berdagang dengan komunitas pesisir Afrika, dengan diberi pengecualian pajak. Ada beberapa syarat seperti hanya penduduk yang sudah empat tahun berada di pulau tersebut yang bisa berdagang dan hanya bisa dengan barang dari Kepulauan Cape Verde.

Bantuan ini kemungkinan besar diberikan karena pertanian di pulau itu tidak dapat diandalkan. Pengaturan ini berarti bahwa pemukiman dagang Portugis didirikan di benua tersebut, yang dapat mengambil keuntungan dari perdagangan Afrika yang terorganisir dengan baik. Perdagangan membawa barang-barang dari pedalaman melalui sungai-sungai besar (misalnya Gambia dan Senegal) ke pantai.

Barang yang diperoleh antara lain emas, budak, gading, lada, lilin lebah, permen karet, dan kayu pewarna. Pada tahap ini, Portugis tidak melakukan upaya penaklukan karena mereka kekurangan tenaga dan bagaimanapun juga, hal itu tidak diperlukan karena jaringan perdagangan yang ada sudah sangat mapan dan terorganisir.

Kadang-kadang benteng dibangun untuk melindungi pusat perdagangan, namun hal ini selalu dibangun dengan izin dari kepala suku setempat. Justru hubungan perdagangan yang baik antara pulau-pulau dan pesisir yang membawa keuntungan lain.

Beberapa keuntungan adalah kemungkinan untuk menyewa tanah untuk bercocok tanam ketika panen buruk di pulau-pulau Cape Verde. Wilayah pesisir Afrika barat ini menawarkan perlindungan kepada orang-orang buangan selama perang suku di daratan.

Walau begitu pulau-pulau tersebut tetap mempunyai nilai strategis bagi para pelaut. Pelayaran bersejarah Vasco da Gama mengitari Tanjung Harapan ke India pada 1497-1498 singgah di pulau-pulau tersebut. Ekspedisi epik Ferdinand Magellan juga meminta pasokan ulang di Kepulauan Cape Verde selama pelayaran keliling dunia yang pertama pada 1519-1522. hay/I-1

Baca Juga: