Dinas Kesehatan DKI minta puskesmas kecamatan untuk memetakan daerah dengan capaian imunisasi campak rendah.

JAKARTA - Dinas Kesehatan DKI Jakarta menyisir pelaksanaan imunisasi campak di kawasan prioritas seperti daerah padat penduduk dan kumuh. Hal ini dilakukan untuk menekan penularan. Campak tahun lalu mencapai 253 kasus. "Penularan campak sama seperti Covid-19, tapi jauh lebih menular dan sangat cepat," kata Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI, Ngabila Salama, di Jakarta, Rabu (25/1).

Dia menjelaskan campak di Jakarta tahun lalu 2022 mencapai 253 kasus. Ini banyak ditemukan di daerah dengan cakupan imunisasi rendah, wilayah padat penduduk, sanitasi buruk, dan gizi kurang. Ada juga kasus di wilayah perbatasan Depok, Bogor, Tangerang, dan Bekasi.

Selain kondisi lingkungan dan sanitasi kurang sehat, Ngabila menambahkan, peningkatan kasus juga terjadi karena surveilans serta cakupan imunisasi campak rubella menurun. Ini terjadi karena pandemi Covid-19 selama 2020-2022. Padahal, lanjut dia, minimal cakupan imunisasi campak dan rubela (measles dan rubella/MR) mesti mencapai 95 persen.

Adapun MR merupakan vaksin untuk mencegah penularan penyakit akibat virus campak dan rubela.
DKI Jakarta tidak tercapai target. Pada tahun 2020 hanya mencapai 85 persen untuk bayi di bawah dua tahun. Kemudian,65 persen bulan imunisasi anak sekolah (BIAS). Sedangkan capaian 2021 untuk BIAS adalah 91 persen. Lalu tahun 2022 capaian imunisasi bayi bawah dua tahun mencapai 91 persen.

Dinkes DKI mendorong para orang tua untuk melengkapi imunisasi MR tiga kali. Mereka harus diimunisasi saat berusia sembilan bulan, 18 bulan dan kelas satu Sekolah Dasar. Semua diberikan secara gratis karena biaya ditanggung pemerintah.

Sebanyak 20-40 persen anak sudah imunisasi MR dua kali. Maka, mereka masih bisa menjadi suspek campak. Sebab, meski sudah dua kali vaksin MR, cakupan rendah di wilayah tersebut dan tidak merata. "Selain balita, campak juga dapat menyerang dewasa usia di atas 18 tahun," jelas Ngabila.

Untuk itu, warga berusia 18 tahun ke atas yang terjangkit campak, perlu imunisasi campak satu bulan setelah sembuh. Mereka direkomendasikan dua kali seumur hidup dengan jeda minimal 28 hari.
Namun, vaksinasi untuk dewasa tidak gratis alias berbayar."Saat ini, Dinas Kesehatan DKI minta Puskesmas kecamatan untuk memetakan daerah dengan capaian imunisasi campak rendah," tambah Ngabila.

Selain itu, dia menggalakkan edukasi bagi warga, khususnya kepada kader dasawisma dan posyandu.
Penularan penyakit campak terbilang cepat karena melalui udara, droplet, dan melalui kontak kulit penderita. Adapun gejalanya, demam tinggi, batuk, pilek, mata merah dan ruam merah. Ini muncul empat hari sesudah awal demam. Untuk itu, masyarakat diimbau menerapkan protokol kesehatan seperti menjaga kebersihan, memakai masker, dan mencuci tangan.

Dosis Keempat

Sementara itu, Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan menyiapkan ribuan vaksin Covid-19 dosis keempat atau booster kedua di seluruh Puskesmas kecamatan untukmenekan penyebaran penyakit yang menyerang saluran pernafasan ini.Menurut Pelaksana tugas Kepala Seksi Kesehatan Masyarakat Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan, Jhonson Hotsar, total ada 1.469 vialPfizer. Ini sudah disebar di 10 Puskesmas kecamatan Jakarta Selatan.

Jhonson mengatakan, dosis ribuan vial tersebut setara dengan 17.628 dosis booster kedua. "Jumlah ini dipastikan cukup untuk masyarakat dalam waktu yang ditentukan. Untuk vaksin jenis lain masih menunggu," jelas Jhonson.

Baca Juga: