Pertanyaan:

Bu Rossa, selama pandemic, saya masih ada penghasilan dan bisa survive karena perusahaan makanan dan minuman tempat saya bekerja masih dapat bertahan. Tapi saya tidak tahu sampai berapa lama lagi perusahaan dapat menggaji saya. Selagi masih ada gaji, saya ingin menyiapkan tabungan darurat jika sewaktu-waktu di-PHK. Mohon advisnya.

Jawaban:

Pandemi yang terjadi saat ini memberi begitu banyak pelajaran berharga tentang pentingnya menabung dan memiliki dana darurat. Saat kondisi ekonomi terpuruk dan pendapatan keluarga menurun, ada ketidaksesuaian (mismatch) antara pendapatan dan pengeluaran. Berikut ini strategi menyiapkan dana darurat yang dilansir dari Love Life Daily yang berfungsi untuk mengatasi ketidaksesuaian tersebut agar keuangan keluarga tetap stabil.

  1. Tetapkan target

Dimulai dari menghitung pendapatan dan pengeluaran rutin setiap bulan. Bapak/Ibu bisa memetakan pengeluaran menjadi beberapa kategori seperti pengeluaran pokok atau primer, biaya rutin dan cicilan utang, pengeluaran gaya hidup atau tersier serta tabungan dan investasi.

Setelah diperoleh angka pengeluaran bulanannya, tetapkan dana darurat yang ideal. Semakin banyak jumlah anak dalam sebuah keluarga, semakin besar pula nilai dana darurat yang harus dipersiapkan. Besaran dana darurat seseorang yang sudah berkeluarga idealnya 6 kali, 9 kali hingga 12 kali pengeluaran bulanan.

  1. Alokasikan anggaran dana darurat dari gaji

Dana darurat adalah dana yang dialokasikan secara terpisah untuk kebutuhan mendadak termasuk ketika seseorang kehilangan atau berkurang pendapatannya. Dana darurat keluarga dapat disisihkan dari gaji yang diterima setiap bulan. Biasanya sekitar 10 persen dari gaji. Tapi untuk mengantisipasi ketidakpastian akibat pandemi, target dana darurat sebaiknya dikumpulkan dengan lebih cepat. Jadi persentase gaji yang disisihkan untuk dana darurat bisa ditingkatkan menjadi 20 atau 30 persen dari gaji.

  1. Alihkan anggaran tak terpakai untuk dana darurat

Anggaran tak terpakai juga bisa menjadi sumber dana untuk mengisi dana darurat. Selama pandemi, Bapak/Ibu tidak lagi memerlukan anggaran tersier untuk nonton konser musik, nonton bioskop dan liburan. Dana dari pos pengeluaran tersebut bisa dialihkan sebagai dana darurat.

Sebelum pandemi, mungkin sudah mempersiapkan anggaran untuk mudik ke kampung halaman dan berlibur. Nah berhubung ada larangan mudik dari pemerintah, juga bisa alihkan anggaran mudik ke pos dana darurat.

  1. Kurangi pengeluaran tidak signifikan

Dalam kondisi resesi, cash is the king. Jadi jangan membuang-buang uang untuk hal yang tidak signifikan. Saat berbelanja barang-barang, pikirkan prioritas dan manfaatnya. Jika memang tidak terlalu dibutuhkan atau hanya sebagai pelengkap gaya hidup sebaiknya urungkan saja niat untuk berbelanja.

Agar Bapak/Ibu bisa mengontrol belanja, tulis daftar barang-barang kebutuhan yang akan dibeli. Lalu beli sesuai dengan apa yang tertulis di daftar belanja tersebut. Jangan tergiur untuk membeli barang lain yang tidak direncanakan. Dengan begitu, kamu bisa berhemat dan memiliki uang lebih untuk disisihkan sebagai dana darurat. G-1

Baca Juga: