HONG KONG - Sejumlah sumber mengatakan perusahaan induk TikTok, ByteDance, lebih memilih untuk menutup aplikasi tersebut dan merugi daripada menjualnya jika perusahaan asal Tiongkok tersebut gagal melakukan semua upaya hukum untuk melawan undang-undang yang melarang platform tersebut dari toko aplikasi di Amerika Serikat.

"Algoritma yang diandalkan TikTok untuk operasinya dianggap inti dari keseluruhan operasi ByteDance, yang akan membuat penjualan aplikasi dengan algoritma sangat kecil kemungkinannya," kata sumber tersebut, baru-baru ini.

"TikTok menyumbang sebagian kecil dari total pendapatan dan pengguna aktif harian ByteDance, sehingga induk perusahaan lebih memilih aplikasi tersebut ditutup di AS dalam skenario terburuk daripada menjualnya ke pembeli Amerika," katanya.

"Penutupan TikTok hanya akan berdampak terbatas pada bisnis ByteDance, sementara perusahaan tidak harus melepaskan algoritma intinya," jelasnya.

Dikutip dari The Straits Times, perusahaan tersebut pada Kamis (25/4), menyatakan dalam sebuah pernyataan yang di-posting di Toutiao, sebuah platform media yang dimilikinya, mereka tidak memiliki rencana untuk menjual TikTok, sebagai tanggapan terhadap sebuah artikel oleh The Information yang mengatakan ByteDance sedang menjajaki skenario untuk menjual bisnis TikTok di AS tanpa algoritma yang merekomendasikan video kepada pengguna TikTok.

CEO TikTok, Chew Shou Zi, mengatakan pada Rabu bahwa perusahaan media sosial tersebut memperkirakan akan memenangkan gugatan hukum untuk memblokir undang-undang yang ditandatangani oleh Presiden Joe Biden yang menurutnya akan melarang aplikasi video pendek populernya yang digunakan oleh 170 juta orang Amerika.

Mengakses Data

RUU yang disahkan secara mayoritas oleh Senat AS pada 23 April, didorong oleh kekhawatiran yang meluas di kalangan anggota parlemen AS bahwa Tiongkok dapat mengakses data warga Amerika atau menggunakan aplikasi tersebut untuk pengawasan.

Penandatanganan Biden menetapkan batas waktu penjualan pada 19 Januari, satu hari sebelum masa jabatannya berakhir, tetapi ia dapat memperpanjang batas waktu tersebut hingga tiga bulan jika menurutnya perusahaan swasta ByteDance mengalami kemajuan.

ByteDance tidak mengungkapkan secara publik kinerja keuangannya atau rincian keuangan unitnya. Perusahaan ini terus menghasilkan sebagian besar uangnya di Tiongkok, terutama dari aplikasi lain seperti Douyin, yang setara dengan TikTok di Tiongkok.

Sumber lain yang mengetahui langsung menyebutkan AS menyumbang sekitar 25 persen dari keseluruhan pendapatan TikTok pada tahun 2023.

Pendapatan ByteDance pada tahun 2023 meningkat menjadi hampir 120 miliar dollar AS pada tahun 2023 dari 80 miliar dollar AS pada tahun 2022. "Pengguna aktif harian TikTok di AS juga hanya menyumbang sekitar 5 persen dari pengguna ByteDance di seluruh dunia," kata salah satu sumber.

Baca Juga: