JAKARTA - Pemulihan ekonomi setelah terdampak pandemi Covid-19 memerlukan dukungan dari sektor keuangan yang solid, terutama dari perbankan. Meski demikian, konsumsi rumah tangga dinilai masih menjadi tantangan dalam pemulihan ekonomi nasional.

"Pemulihan ekonomi yang kuat dan sustain tentunya perlu didukung oleh sektor keuangan yang solid juga. Kita lihat khususnya perbankan di mana kita memiliki daya tahan yang cukup tinggi dan ini tercermin dengan kondisi rasio kecukupan modal atau CAR yang solid di 24,38 persen," ujar Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti dalam webinar yang dipantau di Jakarta, Rabu (10/11).

Selain CAR, rasio kredit bermasalah (NPL) net perbankan juga relatif terjaga di level 1,08 persen dan NPL gross 3,35 persen. Sementara rasio likuiditas perbankan juga longgar dengan rasio mencapai 33,53 persen dan Dana Pihak Ketiga (DPK) juga terus tumbuh 7,7 persen pada September 2021. Pada September kredit juga tumbuh 2,21 persen dan merata dengan kredit konsumsi tumbuh 2,95 persen, kredit modal kerja 28,5 persen, dan kredit investasi tumbuh 0,37 persen.

"Kami memperkirakan pada akhir 2021 kredit perbankan akan terus tumbuh dengan pertumbuhan 4 - 6 persen," kata Destry.

Sementara di pasar saham Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus meningkat 10,9 persen (year to date) ke level 6.632 dan imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun juga terus menurun dan berada di level 6,04 persen.

Dia menyampaikan ekonomi domestik sudah menunjukkan perkembangan yang positif meski tidak sebesar kuartal sebelumnya. Pada kuartal III-2021, pertumbuhan ekonomi disebabkan kebijakan pemerintah yang kembali melakukan pengetatan kegiatan ekonomi pada Juli dan Agustus karena meningkatnya jumlah kasus positif Covid-19.

Tantangan Konsumsi

Pada kesempatan sama, Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR Said Abdullah mengapresiasi pertumbuhan ekonomi kuartal III-2021 yang tumbuh positif, meski tak sebesar kuartal sebelumnya. Namun, konsumsi rumah tangga dinilai masih menjadi tantangan tersendiri.

Menurut Said, konsumsi rumah tangga sebagai penyumbang lebih dari separuh dari PDB Indonesia perlu didorong. Konsumsi rumah tangga pada kuartal III-2021 masih tumbuh 1,03 persen (yoy), lebih rendah dari kuartal II-2021 sebesar 5,96 persen (yoy), dan secara kumulatif sepanjang tiga kuartal pada 2021 hanya tumbuh 1,5 persen.

"Memperhatikan atas pencapaian ekonomi kita hingga kuartal III-2021 ini, maka saya menyarankan pemerintah dan otoritas keuangan untuk fokus terhadap beberapa hal dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi setidaknya pada kisaran 3-4 persen sepanjang 2021," ujar Said dalam keterangan di Jakarta, Rabu (10/11).

Baca Juga: