Data inflasi AS terkini membuka peluang the Fed memangkas suku bunga acuannya secara bertahap mulai pekan ini.
JAKARTA - Kondisi makroekonomi di Amerika Serikat (AS) sangat mendukung bank sentral setempat atau Federal Reserve (the Fed) menyesuaikan kebijakan moneternya. Perlambatan inflasi AS saat ini dapat membuka peluang bank sentral memangkas suku bunga acuannya atau Fed Fund Rate (FFR) pada pekan ini.
"Rilis data inflasi AS yang terkini membuka jalan untuk the Fed memangkas suku bunga acuannya secara bertahap mulai minggu ini," kata ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI), Teuku Riefky, di Jakarta, Rabu (18/9).
Suku bunga acuan bank sentral AS atau Fed Funds Rate (FFR) saat ini bertahan di level 5,25-5,50 persen. Para pelaku pasar menantikan hasil pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) September 2024 yang akan dirilis malam ini, terutama untuk melihat arah kebijakan suku bunga AS.
Riefky menuturkan tingkat inflasi AS di Agustus melambat cukup signifikan dari 2,9 persen year on year (yoy) pada Juli 2024 ke 2,5 persen yoy dan lebih rendah dari estimasi para ekonom yang dihimpun oleh Reuters sebesar 2,6 persen yoy. Lebih lanjut, angka inflasi AS menyentuh titik terendahnya dalam tiga tahun terakhir akibat tren disinflasi yang terjadi secara persisten dalam lima bulan terakhir.
Berdasarkan faktor pendorongnya, tekanan harga mulai melemah akibat turunnya harga bensin dan beberapa kelompok barang rumah tangga utama, seperti kebutuhan sehari-hari. Namun, inflasi inti AS cenderung stabil di 3,2 persen yoy dari Juli ke Agustus akibat dorongan disinflasi yang diimbangi oleh kenaikan harga tiket maskapai, asuransi mobil, biaya sewa rumah, dan biaya terkait perumahan lainnya.
Kenaikan biaya perumahan dan jasa lainnya mengindikasikan adanya kekakuan harga atau price stickiness di beberapa komponen barang dan jasa yang menjadi alasan the Fed untuk tidak melakukan pelonggaran moneter secara agresif.
Pasar Kerja
Kemudian, perkembangan di pasar tenaga kerja AS juga menguatkan kemungkinan untuk the Fed segera melakukan pemangkasan suku bunga. Tingkat pengangguran AS turun ke 4,2 persen pada Agustus 2024 dari 4,3 persen di bulan sebelumnya, dengan naiknya tambahan lapangan pekerjaan dari 89.000 di Juli menjadi 142.000 pada Agustus 2024.
Walaupun meningkat, lanjut dia, tambahan lapangan kerja cenderung di bawah ekspektasi yang mengindikasikan adanya perlambatan momentum di pasar tenaga kerja dan menjadi dorongan tambahan oleh the Fed untuk memangkas suku bunga acuan.
The Fed mengerek suku bunga acuan sebesar 525 bps sejak Maret 2022 hingga Juli 2023. Namun, FFR ditahan di level 5,25-5,50 persen sejak September 2023 sampai sekarang.
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) memperkirakan the Fed akan menurunkan FFR sebanyak tiga kali pada 2024 dan empat kali pada 2025. Pasalnya, inflasi diperkirakan akan semakin mendekati sasaran jangka menengah sebesar 2 persen di tengah melambatnya pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya angka pengangguran.
"Perkiraan kami dengan data terbaru, kemungkinan FFR turun masing-masing 25 basis poin pada September, November, dan Desember 2024. Untuk tahun depan ada empat kali lagi," ucap Gubernur BI, Perry Warjiyo di Jakarta, Rabu (18/9).