Hutan dataran tinggi Kalimantan dapat dijumpai di sepanjang Pegunungan Schwaner di bagian tengah pulau. Di wilayah ini memiliki Bukit Raya, puncak tertinggi kedua di langit Borneo setelah Gunung Kinabalu.

Hutan dataran tinggi Kalimantan dapat dijumpai di sepanjang Pegunungan Schwaner di bagian tengah pulau. Di wilayah ini memiliki Bukit Raya, puncak tertinggi kedua di langit Borneo setelah Gunung Kinabalu.

Taman Nasional Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya (disingkat TNBBBR) merupakan taman nasional yang mewakili tipe ekosistem hutan hujan tropika pegunungan yang mendominasi puncak-puncak Pegunungan Schwaner. Hal ini berbeda dengan taman nasional lainnya berupa tipe hutan hujan tropika dataran rendah dengan vegetasi khas rawa gambut.

Pegunungan Schwaner adalah sebuah deretan pegunungan yang melintasi wilayah perbatasan antara provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) dan Kalimantan Tengah (Kalteng) di Pulau Kalimantan. Pegunungan ini dinamakan Schwaner karena berasal dari nama belakang seorang ahli kealaman asal Jerman yang menjelajah Kalimantan dari Banjarmasin ke Pontianak, yakni Carl Schwaner.

TNBBBR berada di perbatasan antara Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Pegunungan Schwaner yang melaluinya menciptakan puncak-puncak. Puncak Bukit Baka dengan ketinggian 1.617 meter di atas permukaan laut (mdpl), puncak Gunung Bukit Asing (1.750 m dpl), Bukit Melabanbun (1.850 mdpl), Bukit Panjing (1.620 mdpl), Bukit Panjake (1.450 mdpl), dan Bukit Lesung (1.600 mdpl).

Dari beberapa puncak itu terdapat puncak tertinggi di Pegunungan Schwaner yaitu Bukit Raya dengan ketinggian 2.278 mdpl. Puncak ini sekaligus menjadi puncak tertinggi di Kalimantan bagian dari Indonesia. Sebab puncak tertinggi di Pulau Kalimantan adalah Gunung Kinabalu di Negara Bagian Sabah, Malaysia dengan ketinggian 4.095 mdpl.

Nama Bukit Raya yang dijadikan nama kapal Pelni dengan nama KM Bukit Raya, kini merupakan merupakan gabungan dari Cagar Alam Bukit Baka di Kalimantan Barat dan Cagar Alam Bukit Raya di Kalimantan Tengah. Penetapan kawasan TNBBBR melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 281/Kpts-II/1992, tanggal 26 Februari 1992 dengan luas 181.090 hektare.

Berada di perbatasan di dua provinsi kawasan TNBBBR memiliki peranan penting dalam fungsi hidrologis sebagai catchment area bagi Daerah Aliran Sungai Melawi di Kalimantan Barat dan Daerah Aliran Sungai Katingan di Kalimantan Tengah. Pegunungan itu menjadi hulu bagi bagi berbagai sungai tersebut.

Bagi para pendaki pemandangan alam dari Puncak Bukit Raya berbeda dengan pegunungan lain. Dari puncak akan terlihat hutan belantara Kalimantan yang masih perawan tersaji indah dengan sempurna. Itulah mengapa perjalanan menuju puncak Bukit Raya begitu diminati meski perjalanan menuju ke titik pendakian di Desa Rantau Malam penuh perjuangan.

Laman TNBBBR menyebutkan puncak Bukit Raya, puncak tertinggi di Kalimantan yang dinobatkan oleh kalangan pendaki sebagai salah satu dari The Seven Summits of Indonesia. Tempat ini wajib dikunjungi oleh para pendaki profesional dan onlookers, yang haus akan tantangan dan petualangan hutan tropis Kalimantan.

Panjang jalur pendakian 24,7 kilometer dari jalur Rantau Malam, Provinsi Kalimantan Barat (6 hari pulang-pergi). Sedangkan jalur Tumbang Habangoi, Provinsi Kalimantan Tengah dengan panjang 16,9 kilometer (7 hari pulang-pergi) dan oleh karenanya pendaki harus mempersiapkan fisik dan mental.

Sepanjang perjalanan menuju puncak Bukit Raya akan dimanjakan dengan panorama lanskap Pegunungan Schwaner yang megah, atraksi satwa liar, dan berbagai jenis tumbuhan hias akan dijumpai di sepanjang jalur pendakian.

Di sini bisa dijumpai berbagai macam tipe ekosistem bagian ekosistem hutan ekosistem hutan pegunungan bawah hingga ekosistem pegunungan atas yang masing-masing memiliki keunikan dan kekhasan sendiri.

Pada ketinggian diatas 2.000 mdpl, akan dijumpai tumbuhan lumut seperti Nepenthes ephippiata, Rhododendron fortunans, dan Rhododendron mogeanum yang merupakan tumbuhan endemik Bukit Raya. Di puncak juga terdapat situs Tajahan, rumah kecil yang dijadikan sebagai tempat ritual adat oleh masyarakat lokal setempat untuk memohon dikabulkan hajatnya.

TNBBBR merupakan rumah bagi 817 jenis tumbuhan yang termasuk dalam 139 famili di antaranya Dipterocarpaceae, Myrtaceae, Sapotaceae, Euphorbiaceae, Lauraceae, dan Ericaceae. Terdapat juga tumbuhan obat-obatan, anggrek hutan, bunga Rafflesia (Rafflesia sp) yang merupakan tumbuhan parasit terbesar yang juga tumbuh di Gunung Kinabalu, Malaysia.

Di sini dapat dijumpai tumbuhan endemik yang tidak dijumpai di tempat lain. Beberapa diantaranya adalah Symplocos rayae, Gluta sabahana, Dillenia beccariana, Lithocarpus coopertus, Selaginella magnifica, dan Tetracera glaberrima.

Keistimewaan lainnya dari TNBBBR adalah melimpahnya jenis-jenis dari suku Symplocaceae seperti Symplocos adenophylla, Symplocos crassipes, Symplocos laete viridis, Symplocos rayae, dan Symplocos rubiginosa.

Sedangkan fauna di TNBBBR adalah beruang madu, kesadu, musang wisel, orang utan (Pongo pygmaeus), lutung kelabu (Presbytis cristata), lutung hitam (Presbytis melalophos), kelasi/ lutung merah (Presbytis rubicunda), lutung dahi putih (Presbytis frontata), owa ungko (Hylobates albibarbis), dan kelempiau (Hylobates muelleri).

Jalur Pendakian

Di dalam TNBBBR merupakan tempat hidup bagi suku Dayak. Mereka terbagi menjadi beberapa kelompok sub etnik seperti Dayak Limbai, Ransa, Kenyilu, Ot Danum, Malahui, Kahoi, dan Kahayan. Hasil karya mereka yang bisa dilihat pada patung-patung leluhur yang terbuat dari kayu Belian, anyaman rotan, bambu, pandan, dan upacara adat yang kerap dilakukan.

Untuk menuju Puncak Bukit raya pengunjung harus melalui Desa Rantau Malam di Kecamatan Serawai, Kabupaten Sintang. Desa ini terletak paling ujung di hulu Sungai Serawai Dalam. Bagi pendaki biasa tidak perlu khawatir jika ingin mendaki Bukit Raya melalui Desa Rantau Malam, karena fasilitas porter, transportasi dan homestay sudah tersedia.

Perjalanan dari Desa Rantau Malam dari Pontianak dapat ditempuh melalui dua jalur pintu masuk pendakian yaitu Korong Hape dan Batu Lintang. Rute mencapai titik di Desa Rantau Malam melalui Kalimantan Barat. Dari Pontianak perlu melakukan perjalanan darat ke Kabupaten Sintang sejauh 460 kilometer dengan waktu tempuh selama 9 jam perjalanan.

Sesampainya Sintang, perjalanan dilanjutkan ke Nanga Nuak menggunakan kapal speed boat selama 2.5 jam perjalanan. Dari Nanga Nuak dibutuhkan waktu dua jam berkendara mobil untuk sampai kawasan taman nasional.

Sedangkan dari Palangkaraya Kalimantan Tengah pilihannya dari Desa Tumbang Habangoi, Kecamatan Petak Malai, Kabupaten Katingan. Dari pusat Kota Palangkaraya desa ini dapat dicapai selama 9 jam perjalanan darat. Perjalanan dari Desa Tumbang Habangoi menuju Bukit Raya saat ini hanya bisa diakses menggunakan kapal klotok.

Seperti memasuki Taman Nasional lainnya, sebelum melakukan pendakian, kalian wajib mengurus Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi (Simaksi) di Kantor TNBBBR.

Tiket masuk di hari kerja untuk WNI sebesar 5.000 rupiah per orang per hari sedangkan untuk hari libur sebesar 7.500 rupiah per orang per hari. Sedangkan tiket masuk di hari kerja untuk WNA sebesar 150.000 rupiah per orang per hari, dan saat libur sebesar 225.000 per hari. hay/I-1

Baca Juga: