Saat bulan Ramadan, berbuka puasa merupakan momen yang ditunggu-tunggu. Agar waktu yang dinanti tidak terasa lama, biasanya dilewatkan dengan berjalan-jalan sore atau yang populer disebut ngabuburit.

Saat bulan Ramadan, berbuka puasa merupakan momen yang ditunggu-tunggu. Agar waktu yang dinanti tidak terasa lama, biasanya dilewatkan dengan berjalan-jalan sore atau yang populer disebut ngabuburit.

Di Yogyakarta ada tempat syahdu untuk menunggu berbuka sambil memandangi indahnya guratan langit senja. Bukit Paralayang Watugupit demikian namanya yang kini menjadi tempat favorit untuk menunggu bedug maghrib dengan melihat ditelannya Matahari oleh cakrawala secara perlahan.

Bukit Paralayang Watugupit berada di Desa Giricahyo, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Jaraknya hanya sejauh 29,8 kilometer dengan titik nol kilometer Kota Yogyakarta melewati Jalan Parangtritis.

Lebih detailnya kendaraan diarahkan menuju Pantai Parangtritis agar lebih mudah menuju lokasi. Dari pusat kota sendiri bisa melewati Jalan Pleret ke arah Pathuk, lalu melewati Jalan Imogiri ke Jalan Parangtritis. Dilanjutkan dengan melewati Jalan Paralayang yang ada di Watu Gajah. Dari sana kemudian belok kanan dan ikuti jalan yang ada sampai tiba di Bukit Parang Endog yang berada di sebelah kanan jalan. Di bagian kanan jalan tersebut, akan menemukan warung dengan halaman luas. Di sini pengunjung dapat memarkirkan kendaraan di halaman tersebut, kemudian naik ke atas bukit.

Bukit Paralayang Parang Endog demikian nama asli dari Bukit Paralayang Watugupit hanya berjarak 2,1 kilometer dari Pantai Parangtritis. Dari arah timur melewati jalan Parangtritis dilanjutkan melalui jalan Paralayang.

Perlu kehati-hatian melewati jalan ini karena harus melewati tanjakan dan turunan yang sangat tajam. Selain membutuhkan kesehatan fisik, kondisi ini juga menuntut kondisi kendaraan yang prima agar tidak mengalami masalah seperti rem blong atau mesin panas.

Setelah melewati jalan mendatar dari pusat Kota Yogyakarta lalu memasuki jalan paralayang akan jalan akan mulai menanjak. Sekitar 1 kilometer dari lokasi, wisatawan akan menemui pos tiket untuk masuk ke Bukit Paralayang Watugupit.

Petugas akan menyodorkan tiket dengan harga 5.000 rupiah per orang. Setelah membayar tiket, perjalanan dilanjutkan dengan menyusuri jalan aspal yang muat untuk papasan dua mobil. Jalan ini berkelok-kelok dan menanjak cukup tajam ketika semakin dekat dengan lokasi.

Ketika berada di tikungan sempit, bagi pengguna kendaraan roda empat yang ke arah pulang atau turun sebaiknya mengalah dengan meminggirkan mobil ke tepi, karena bagi kendaraan roda empat yang sedang menanjak dibutuhkan usaha keras untuk mencapai lokasi wisata ini.

Setelah itu pengunjung akan tiba di lokasi parkir kendaraan dengan tarif 5.000 rupiah untuk roda dua dan 10.000 rupiah untuk roda empat. Perjalananan menuju Bukit Paralayang Watugupit kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki dan menaiki ratusan anak tangga.

Bagi yang membawa anak kecil perlu memperhatikannya dengan ekstra. Selama menaiki anak tangga ini, kita akan melewati titik dengan jurang dalam di sisi kanan, apalagi lebar anak tangga in tidak sampai 1,5 meter sehingga perlu sedikit memiringkan badan untuk ketika berpapasan dengan orang.

Di sepanjang anak tangga ini, di kanan kiri disediakan meja kursi untuk beristirahat. Tempat ini dibuat semacam terasering atau bertingkat-tingkat. Material yang digunakan adalah batuan kapur atau batu karang yang keberadaannya sangat melimpah.

Susunan batuan kapur yang ditata rapi menjadi keindahan tersendiri. Di sela-selanya ditanam pohon peneduh. Pohon-pohon yang tumbuh tidak terlalu besar sehingga tidak menghalangi bentang alam yang menjadi daya tarik tempat ini.

Setelah lelah melewati anak tangga, maka saatnya tiba di puncak bukit paralayang. Ketinggiannya mencapai 900 meter di atas permukaan air laut (mdpl). Ketinggian ini membuat lokasi ini menjadi tempat yang tepat untuk meluncurkan paralayang.

Dari puncak tersebut akan terlihat panorama pemandangan alam mulai dari perbukitan hijau di sebelah utara dan timur, pantai di sebelah selatan dan barat data, dan Matahari terbenam di sebelah barat. Tempat ini menawarkan kombinasi pemandangan lengkap secara 360 derajat.

Dari puncak bukit yang permukaan tanahnya dilapisi dengan paving beton dari jenisgrass blockmemanjang mengarah ke barat daya. Dengan beton ini, maka rumput masih dapat tumbuh di sela-selanya membuat Bukit Paralayang Watugupit menjadi lebih asri.

Nikmati Senja

Bukit Paralayang Watugupit memang merupakan lokasi tempat meluncurkan paralayang. Namun tidak setiap waktu atau semua titiknya digunakan, sehingga bisa digunakan untuk tempat wisata untuk memandangi senja dan samudra biru.

Umumnya mereka yang datang ke tempat wisata tersebut menjelang sore meski sebenarnya tepat mulai buka dari 09.00 hingga 19.00 WIB. Menjelang sora wisatawan berbondong-bondong datang dari arah Kota Yogyakarta. Hal ini dilakukan karena jika datang agak siang hawanya cenderung panas.

Jika ingin menikmati senja, sebaiknya melihat kondisi cuaca dahulu agar langit senja yang didambakan bisa terlihat. Jika cuaca cerah itulah tanda waktu yang tepat menikmati langit jingga. Jika mendung, pemandangan kurang begitu menarik.

Namun jika langit tidak secerah yang diharapkan masih ada pemandangan lain yaitu samudra biru yang bertemu dengan kaki langit. Debur ombak pantai selatan yang membuih hanya terlihat mengalun pelan dari kejauhan dari puncak bukit ini.

Apa yang bisa dilakukan di sini? Selain aktivitas menikmati langit senja dan Samudra Hindia, tentu saja kita berfoto ria. Banyak orang umumnya menggunakanan kamera ponsel disamping membawa kamera DSLR untuk mengabadikan diri.

Cara yang terbaik mengabadikan senja adalah memanfaatkan fiturtime lapse. Dengan menggunakan tripod, pengunjung biasanya mengabadikansunsetmelalui fitur ini yang tersedia di kamera.

Matahari yang perlahan tenggelam dapat diabadikan dengan singkat dengan fitur ini. Jangan lupa untuk menampilkan diri di depan kamera untuk melihat gerakan cepat diri sendiri dan mengabadikan panorama Bukit Paralayang Watugupit yang selalu diingat.

Setelah Matahari benar-benar ditelan ufuk barat, dan adzan Maghrib berkumandang, maka tiba saatnya untuk berbuka puasa.

Bagi yang tidak membawa bekal untuk berbuka, di sini tersedia kafe dengan aneka menu. Harganya cukup terjangkau karena anak muda yang menjadi rata-rata pengunjungnya, yaitu mulai dari 5.000 rupiah saja.

Namun bagi yang sengaja membawa makanan sendiri, tempat ini biasa digunakan untuk piknik dengan menghidangkan makanan dan minuman untuk dimakan secara bersama. Oleh karenanya jangan lupa untuk membawa tikar. hay/I-1

Baca Juga: