SURABAYA - Upaya pengembangan budi daya perikanan nasional yang tengah diupayakan pemerintah dihadapkan pada tantangan perubahan iklim hingga kerusakan ekosistem. Salah satu sektor perikanan yang berpotensi menyumbang 16 persen dari nilai ekonomi bidang kelautan Indonesia adalah akuakultur atau budi daya perikanan.
"Pemerintah terus mendorong pengembangan budidaya perikanan ini agar lebih modern, mandiri dan berkelanjutan. Upaya ini tidak tanpa tantangan, seperti adanya perubahan iklim, kerusakan ekosistem, degradasi lingkungan, serangan penyakit dan keselamatan hayati," kata Wakil Presiden RI Ma'ruf Amin dalam sambutannya saat meresmikan pembukaan Asian Pacific Aquaculture 2024 di Surabaya, Jawa Timur, Kamis (4/7).
Karena itu, Wapres mengimbau penerapan teknologi dan inovasi di bidang perikanan dan penguatan regulasi dan kebijakan, serta kolaborasi multi pihak perlu terus didorong demi mewujudkan pembangunan ekonomi maritim yang inklusif dan berkelanjutan. Dalam sambutannya, Wapres menjabarkan peningkatan populasi penduduk dunia yang diproyeksikan mencapai 8,6 miliar orang pada tahun 2030 membawa tantangan dalam pemenuhan kebutuhan pangan global, terutama protein hewani yang berkualitas.
Keanekaragaman Hayati
Menurut Wapres, kawasan Asia Pasifik dengan keanekaragaman hayati laut berpotensi besar memenuhi kebutuhan pangan dan menyumbang 5 persen dari ekonomi global. "Hal ini tentunya menjadikan kawasan Asia Pasifik menjadi kawasan strategis yang tidak hanya menjadi pasar, namun juga sebagai pusat produsen perikanan global," kata Wapres.
Wapres menilai Indonesia dan negara kepulauan lainnya di Asia Pasifik, seperti Filipina, Jepang atau bahkan negara mikronesia, memiliki kekayaan laut yang dipandang sebagai peluang bagi perekonomian, khususnya ekonomi biru.