Platform lomba lari virtual hadir untuk mendukung masyarakat agar tetap aktif berolahraga di tengah kesibukan mereka.
JAKARTA - Upaya menjaga kesehatan mental terus digalakkan, terlebih kesehatan mental menjadi persoalan global yang kerap dikaitkan dengan the next pandemic setelah Covid-19.
Survei IPSOS yang dilakukan pada 2023 di 31 negara, termasuk Indonesia, menunjukkan, 44 persen dari 23.274 responden menyebut gangguan kesehatan yang paling memerlukan perhatian adalah kesehatan mental.
Sorotan dunia pada kesehatan mental cukup beralasan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2019 melaporkan, satu dari setiap delapan orang di dunia hidup dengan gangguan mental, dengan gangguan kecemasan dan depresi yang paling umum. Artinya, terdapat sekitar 970 juta orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental.
WHO juga merilis prevalensi gangguan mental di Indonesia mencapai 9,8 persen pada 2021, dengan angka depresi mencapai 6,6 persen. Angka ini diperkirakan akan terus meningkat pada 2024, terutama akibat dari dampak pandemi Covid-19 yang berkepanjangan.
Sementara di Indonesia, Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 Kementerian Kesehatan menunjukkan, satu dari sepuluh orang Indonesia mengalami gangguan kesehatan jiwa. Sebanyak 6 persen tergolong depresi dan 7 dari 1.000 orang menderita skizofrenia.
Salah satu solusi menjaga kesehatan mental adalah dengan aktivitas fisik atau berolahraga. Penelitian terbaru University of South Australia yang diterbitkan British Journal of Sports Medicine menyebutkan olahraga 1,5 kali lebih efektif ketimbang mengonsumsi obat-obatan untuk mengatasi depresi.
Hasil penelitian menyebutkan aktivitas fisik sangat bermanfaat untuk memperbaiki gejala depresi, kecemasan, dan kesusahan. Olahraga selama 12 minggu paling efektif dalam mengurangi gejala kesehatan mental.
"Kami percaya bahwa olahraga secara konsisten tidak hanya memberikan dampak positif bagi tubuh, tetapi juga pikiran, ujar CEO 99 Virtual Race Stevie Go di Jakarta, Jumat (24/10). Adapun 99 Virtual Race merupakan platform digital untuk lomba lari virtual.
Menurut Stevie, aplikasi 99 Virtual Race hadir untuk mendukung masyarakat agar dapat tetap aktif berolahraga di tengah kesibukan mereka. Melalui program-program yang fleksibel aplikasi ini berusaha untuk menginspirasi lebih banyak orang menjaga keseimbangan mental dan fisik secara holistik.
Terlebih, 99 Virtual Race sudah bekerja sama 23 perusahaan besar untuk menginisiasi gaya hidup sehat di lingkungan kerja dengan mengajak para karyawan aktif berolahraga. "Melalui aplikasi ini, pengguna dapat mengikuti berbagai tantangan lari dengan cara yang fleksibel, tanpa terbatas waktu dan tempat," ucapnya.
99 Virtual Race menunjukkan konsistensinya dalam berolahraga dengan memberikan beragam pilihan event olahraga yang bisa dipilih oleh masyarakat. Selain fleksibel, mengikuti perhelatan yang ada di 99 Virtual Race juga lebih efisien. "Bayangkan jika harus mengikuti lomba lari offline, berapa banyak biaya, waktu, dan energi yang dikeluarkan, dan kita harus mengikuti jadwal yang sudah ditentukan, tidak bisa fleksibel," tuturnya.
Sejak hadir pada 2017, aplikasi yang tersedia di Play Store dan App Store ini sudah diunduh lebih dari 181 ribu kali di 25 negara dengan akumulasi Jarak lari lebih dari 10,8 juta kilometer. Selain itu, aplikasi ini juga sudah menyelenggarakan 233 perhelatan lari dengan 172 di antaranya kolaborasi perhelatan lari. Total donasi yang berhasil dikumpulkan dalam perhelatan lari lewat aplikasi 99 Virtual Race mencapai lebih dari Rp1,4 miliar.
Aplikasi 99 Virtual Race memberikan fleksibilitas kepada para pelari untuk memilih lokasi lari sendiri dan mengirimkan data lari mereka melalui integrasi dengan platform populer seperti Garmin Connect, Strava, dan Fitbit.
Dengan menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI), aplikasi ini juga memastikan keamanan dan keabsahan data lari yang dikirimkan. "Kami memanfaatkan AI untuk meminimalkan penipuan data selama perlombaan, sehingga semua peserta mendapatkan pengalaman yang adil dan transparan," kata Stevie Go.