JAKARTA - Memasuki semester kedua 2017, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk terus memperluas kerja sama dengan sejumlah instansi. Kerja sama yang dibidik antara lain dengan lembaga tinggi negara untuk pemanfaatan jasa perbankan. Salah satu mitra strategis yang digandeng Bank BTN kali ini adalah Mahkamah Agung (MA).

Guna mengukuhkan kerjasamanya, kedua pihak menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) atau Nota Kesepahaman tentang Pemanfaatan Jasa dan Layanan Perbankan di Lingkungan Mahkamah Agung Republik Indonesia.

Dalam MoU yang ditandatangi oleh Direktur Utama Bank BTN, Maryono dan Sekretaris Mahkamah Agung RI, AS Pudjoharsoyo, dan disaksikan oleh Ketua MA, Hatta Ali, Bank BTN berkomitmen menyediakan sejumlah fasilitas perbankan yang dibutuhkan MA.

Fasilitas tersebut di antaranya manajemen pengelolaan kas (cash management system) untuk mempermudah transaksi keuangan secara online, fasilitas KPR Khusus, dan pemanfaatan program pengembangan operasional (PPO) yang berlaku untuk MA, Pengadilan Negari (PN), Pengadilan Agama (PA) maupun Pengadilan Tinggi (PT).

"Dengan fasilitas ini, kami berharap bisa mendukung MA dalam pengelolaan dana agar lebih akuntabel, transparan dan yang terpenting memudahkan pegawai MA, PN, PT maupun PA untuk mengakses KPR," kata Maryono di Gedung Mahkamah Agung, Jakarta, Kamis (6/7).

Kerja sama dengan Mahkamah Agung diyakini Maryono dapat mendongkrak dana murah BTN karena potensi dana yang diperoleh tidak hanya dari dana gaji dan tunjangan kinerja pegawai, tapi juga dana lain seperti penempatan dana konsinyasi perkara, dana panjar perkara dan pengelolaan dana operasional.

"Saat ini baru 31 PN dari 957 Pengadilan di bawah MA yang sudah bekerja sama dengan Bank BTN dengan potensi penempatan dana konsinyasi perkara mencapai kurang lebih 1 triliun rupiah," jelas Maryono.

Potensi Dana

Menurut dia, jika seluruh Pengadilan Negeri, Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi memanfaatkan fasilitas yang diberikan Bank BTN, maka potensi dana konsinyasi perkara yang bisa diraih bisa mencapai sekitar 5 triliun hingga 7 triliun rupiah. Dana dari hasil kerjasama ini akan memupuk dana murah Bank BTN, terutama nilai giro.

Adapun per Juni 2017, kontribusi giro terhadap DPK (dana pihak ketiga) keseluruhan mencapai sekitar 27 persen, atau kedua terbesar setelah deposito. Kontribusi giro itu masih lebih tinggi dibandingkan tabungan yang hanya di rentang 20 hingga 21 persen dari total DPK. "Dilihat dari pertumbuhannya, giro tumbuh paling agresif sekitar 25 sampai 26 persen per Juni 2017 dibandingkan periode yang sama tahun lalu," kata Maryono.

Pertumbuhan giro yang pesat membuat Bank berkode saham BBTN ini berhasil mendongkrak DPK per Juni tahun ini tumbuh sebesar 18-19 persen dibandingkan Juni 2016. Selain DPK, Bank BTN juga mengejar potensi pengucuran kredit, baik Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) maupun KPA dan kredit konsumsi lain seperti Kredit Agunan Rumah dan Kredit Tanpa Agunan.

Khusus untuk KPR, Bank BTN memberikan bunga kredit khusus dan biaya-biaya KPR yang lebih terjangkau bagi para pegawai di lingkungan Mahkamah Agung.

yun/AR-2

Baca Juga: