JAKARTA - Kinerja industri perbankan syariah diyakini masih lebih baik dibandingkan perbankan konvensional tahun ini. Pasalnya, perbankan syariah memang relatif lebih resisten terhadap adanya guncangan di masyarakat, seperti sepanjang tahun lalu saat pandemi melanda dan membuat ekonomi seluruh dunia termasuk Indonesia terkontraksi.

"Dari sisi pembiayaan, memang karena pendekatannya lebih asset based, jadi mau tidak mau kita berbicara mengenai bagaimana kedekatannya itu dengan real economy itu ada. Jadi, memang dalam pertumbuhannya itu sendiri, BSI tertolong dikarenakan pembiayaan yang berbasis aset tersebut," kata Kepala Ekonom PT Bank Syariah Indonesia Tbk Banjaran Surya Indrastomo saat diskusi secara virtual di Jakarta, Kamis (27/5).

Selain itu, lanjut Banjaran, yang juga patut dipahami adalah bank syariah sekarang mendapatkan kepercayaan lebih dari masyarakat dari sisi dana pihak ketiga (DPK) sehingga dapat melakukan efisiensi dengan lebih mudah ketika harus melakukan penyesuaian akibat pandemi.

Kemudian, selama masa pandemi, emiten berkode saham BRIS itu mendapatkan peningkatan pendapatan jasa atau fee based income dari transaksi digital dan bisnis emas baik tabungan maupun gadai.

"Jadi kombinasi ketiganya antara kualitas pembiayaan berdasarkan dari kontrak-kontrak yang di-apply, efisiensi karena DPK relatif lebih murah, serta adanya peningkatan fee based income kalau di awal dulu sebelum Covid itu dulu haji dan umrah, sekarang penambahan dari digital dan emas baik gadai maupun cicilan tabungan emas itu memberikan kontribusi," kata Banjaran.

Sepanjang 2020, pembiayaan perbankan syariah tumbuh 8,08 persen, sedangkan kredit yang disalurkan industri perbankan konvensional pada periode yang sama minus 2,4 persen.

Garap Potensi

Dia menambahkan dengan strategi yang sudah dicanangkan oleh perseroan untuk menggarap potensi pasar perbankan syariah yang masih besar serta antusiasme masyarakat terhadap keberadaan BSI, akan berkontribusi positif terhadap kinerja BSI ke depan.

Baca Juga: