JAKARTA- Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menggarap proyek penelitian tentang intervensi pemberian makanan tambahan yang diperkaya daun kelor untuk balita berstatus stunting dan anemia.
"Tujuan intervensi adalah untuk mempelajari pengaruh pemberian formula pangan lokal diperkaya daun kelor terhadap status anemia dan status gizi balita stunting di daerah tersebut," kata Peneliti Pusat Riset Teknologi dan Proses Pangan BRIN, Dini Ariani dalam keterangan di Jakarta, Jumat.
Menurutnya, proyek riset intervensi itu adalah rangkaian kegiatan dari tahun sebelumnya berupa riset tentang formulasi produk berbahan pangan lokal diperkaya daun kelor yang mengandung protein hewani dilengkapi protein nabati.
Dini mengungkap formulasi makanan tambahan yang dihasilkan sudah sesuai dengan standar makanan lokal untuk balita dan ibu hamil yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan tahun 2023.
Dini mengklaim formula makanan tambahan tersebut bersumber dari bahan-bahan sederhana, mudah didapat dan harganya terjangkau, sehingga mudah diaplikasikan oleh ibu-ibu rumah tangga.
Beberapa produk makanan tersebut, antara lain sosis ayam kelor, sempol ayam tempe kelor, bolu tempe oreo kelor, dimsum ikan kelor, nugget ayam tempe kelor, bakso ikan, dan ayam kelor.
Pemberian makanan tambahan tersebut dilakukan terhadap balita berstatus stunting dengan kriteria umur 13 sampai 56 bulan selama kurun waktu 12 minggu atau tiga bulan.
Kegiatan pengukuran berat badan, tinggi badan, dan kadar hemoglobin dilakukan setiap dua kali dalam sepekan.