Kegiatan sekolah lapangan arkeologi, para peserta belajar pengenalan dasar kegiatan arkeologi berupa kegiatan ekskavasi atau penggalian arkeologi.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyatakan Program Pre Early Modern Southeast Asia (Pemsea) merupakan upaya mencari lapisan budaya sebelum masa kolonial di Pulau Banda.
Kegiatan sekolah lapangan arkeologi, para peserta belajar pengenalan dasar kegiatan arkeologi berupa kegiatan ekskavasi atau penggalian arkeologi, kata kata peneliti Pusat Riset Arkeologi lingkungan maritim dan budaya berkelanjutan BRIN, Atina Winaya, di Ambon, Selasa.
"Kita melakukan penggalian di situs Oka Makatita di Pulau Banda, peserta belajar bagaimana cara penggalian, cara menangani temuan, ketika dapat temuan saat menggali," ujarnya.
Kegiatan penggalian tersebut, peserta berusaha mencari lapisan tanah dan budaya masyarakat di jaman dulu, berusaha untuk menemukan lapisan budaya sebelum masa kolonial.
Di kepulauan Banda ini erat sekali dengan nuansa kolonial, begitu banyak bangunan kolonial atau temuan artefak kolonial.
Program Pemsea ini katanya, peserta berusaha untuk mencari lapisan budaya sebelum bangsa Eropa datang ke Pulau Banda.
Penggalian tersebut, menariknya banyak ditemukan seperti pecahan tembikar, keramik, juga ada temuan logam, tulang hewan dan tulang manusia, meskipun jumlahnya tidak banyak.
"Intinya lapisan tanah di bawah periode kolonial cukup kaya, artinya masyarakat di Banda Neira sebelum belanda datang mereka juga sudah cukup maju, beragam, aktifitas juga cukup padat jadi sangat menarik, " katanya.
Ia menyatakan dilihat perbedaan di setiap lapisan, ketika kolonial datang ada temuan seperti bekas minuman belanda, botol minuman alkohol, pipa belanda dan keramik.
Sedangkan dari periode Belanda, di lapisan bawah ditemukan lapisan yang mungkin diduga sudah ada dari sebelum bangsa Belanda atau Eropa datang ke kepulauan Banda.
Ia menambahkan kegiatan Pemsea tidak hanya melibatkan peserta dari mahasiswa arkeologi yang belajar arkeologi, tetapi program ini juga melibatkan masyarakat lokal.
Lima mahasiswa Universitas Banda Neira yang tidak memiliki latar belakang arkeologi diajari dasar arkeologi, agar mahasiswa lebih sadar dan lebih merasa dekat dengan temuan arkeologi atau peninggalan bersejarah warisan budaya yang ada di Banda.