Badan Riset dan Inovasi Nasional BRIN (BRIN) memantau berbagai aktivitas sesar untuk mempelajari setiap pergerakan lempeng yang berpotensi dan memicu gempa bumi.

JAKARTA - Badan Riset dan Inovasi Nasional BRIN (BRIN) memantau berbagai aktivitas sesar untuk mempelajari setiap pergerakan lempeng yang berpotensi dan memicu gempa bumi.

Kepala Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN Adrin Tohari mengatakan pihaknya memakai teknologi global positioning system atau GPS untuk mengetahui pola deformasi.

"Alat itu merekam setiap pergerakan apapun. Ketika pergerakan yang tadinya linear, lalu tiba-tiba terkunci, artinya ada energi yang sedang tersimpan," ujarnya dalam pernyataan yang dikutip di Jakarta, Senin (1/4).

Adrin mengungkapkan bahwa sesar bergerak teratur dan lambat. Apabila sesar aktif tiba-tiba berhenti bergerak, hal itu menandakan sedang terjadi kuncian yang menampung energi besar.

Ketika kuncian itu lepas, maka energi yang dihasilkan bisa menimbulkan gempa dan menyebabkan banyak kerusakan serta korban jiwa.

BRIN memasang puluhan alat pemantau zona subduksi di kawasan Mentawai, Sumatera Barat. Dari puluhan alat yang dipasang tersebut beberapa alat memperlihatkan ada kuncian.

Selain memasang GPS di Mentawai, BRIN juga memasang tiga alat pemantau di kawasan utara Bandung, Jawa Barat, untuk mengetahui aktivitas Sesar Lembang.

Sesar Lembang merupakan sebuah patahan geser aktif yang terletak di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Kajian BRIN menyatakan Sesar Lembang punya periode ulang yang tidak lama (mungkin 100 tahun) dari peristiwa terakhir.

BRIN saat ini sedang mencoba memahami kondisi Sesar Lembang untuk memprediksi berbagai kemungkinan yang terjadi di masa depan, sehingga berbagai pihak bisa menyiapkan langkah mitigasi yang tepat.

"Melalui pemantauan itu kami ingin melihat segmen Sesar Lembang itu bagaimana kondisinya. Apakah sedang terkunci atau tidak? Kalau terkunci, itu artinya sedang ada energi yang tersimpan di sana," kata Adrin.

"Kami sedang mencoba untuk ke arah sana, memantau kapan sebenarnya pergerakan lempeng bisa menghasilkan gempa. Kami sedang melihat trennya kapan dan dalam jangka waktu berapa tahun. Walaupun kita tidak bisa memastikan dengan tepat, kita hanya bisa memprediksi," imbuhnya.

Lebih lanjut Adrin menyampaikan bahwa BRIN memberikan data-data terbaru mengenai keberadaan sesar aktif untuk menjadi suatu pembaharuan dari peta sumber gempa.

Data itu sangat penting agar semua pihak bisa mengetahui letak sumber sesar dan menjadi bahan untuk menetapkan daerah aman.

"Data itu sangat bermanfaat bagi pemerintah daerah untuk menyusun kebijakan tata ruang," ucap Adrin.

Pada 21 November 2022, gempa berkekuatan 5,6 magnitudo mengguncang Cianjur di Jawa Barat. Para ilmuwan saat itu masih belum mengetahui keberadaan sesar karena letaknya berada di bawah lapisan vulkanik muda yang sangat tebal.

Kemudian, berbagai kajian dilakukan terkait pemetaan sumber-sumber bahaya geologi termasuk sumber sesar gempa bumi darat yang menghancurkan banyak bangunan di Cianjur.

"Hal yang paling penting kita bisa mengeksplorasi sumber-sumber bahaya yang belum sama sekali terpetakan sebelumnya," pungkas Adrin.

Baca Juga: