POSO - TNI akhirnya berhasil mengevakuasi dua jenazah teroris Poso yang tewas dalam sebuah operasi penyergapan oleh satu unit kecil pasukan Kopassus pada Minggu (11/7) dini hari. Evakuasi jenazah dari tengah rimba dengan medan yang sangat berat ini menunjukkan TNI tetap menghormati lawan atau musuh negara.

Jenazah musuh tetap diperlakukan dengan humanis. Operasi evakuasi jenazah itu sendiri tak gampang. Ada cerita aksi heroik dari prajurit TNI yang tergabung dalam Koospsgabsus Tricakti saat melakukan evakuasi dua jenazah teroris anggota kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) tersebut.

Menurut keterangan Puspen TNI yang diterima Koran Jakarta, Kamis (15/4), para prajurit yang mengevakuasi jenazah harus berjibaku dengan beratnya medan. Mereka mesti melewati lebatnya hutan dan merubah rencana evakuasi dengan membuat rakit menyusuri beberapa arus sungai deras dan rangkaian air terjun di sekitar Pegunungan Tokasa yang ada di wilayah Desa Tanalanto, Kecamatan Parigi Selatan, Kabupaten Parigi.

"Tim Evakuasi Koopsgabsus Tricakti pada pukul 14.30 WITA akhirnya berhasil membawa jenazah dua teroris Poso keluar dari Tempat Kejadian Perkara (TKP) pada hari bRabu (14/7)," kata Puspen TNI dalam keterangannya.

Masih menurut Puspen TNI, Tim Evakuasi di lapangan dipimpin langsung Wapangkoopsgabsus Brigjen TNI Rafael Granada Baay. Sementara itu, Wapangkoopsgabsus Brigjen TNI Rafael Granada Baay mengatakan, setelah berjibaku dengan medan yang berat di hari keempat evakuasi jenazah, tim di lapangan diberikan kelancaran. "Tiga hari sebelumnya tim evakuasi menghadapi banyak rintangan alam, medan, dan cuaca yang sering berubah-ubah mulai dari TKP dan di sepanjang rute evakuasi," ungkapnya.

Brigjen Rafael juga mengindikasikan, dalam operasi evakuasi ini Koopsgabsus TNI menurunkan 2 Tim Tricakti dan 1 Tim Chandraca. Dua tim ini sejak hari Minggu (11/7) terus berupaya mengevakuasi jenazah. Informasi di lapangan hari pertama, tim evakuasi hanya dapat bergerak sekitar 600 meter dari TKP menuju titik penjemputan landing zone darurat yang telah disiapkan.

"Kesulitan utama adalah beratnya medan karena vegetasi tumbuhan yang rapat serta banyaknya bebatuan besar di tebing sisi kiri dan kanan sungai, sehingga menyulitkan pasukan menembus rute yang dilewati," kata Brigjen Rafael.

Pada Senin (12/7) pagi, mulai pukul 06:00, Tim Evakuasi kembali melanjutkan proses evakuasi setelah sempat istirahat semalam karena terkendala turunnya hujan yang cukup deras. Dan ditambah tidak ada jalan sehingga harus merintis rute baru keluar dari TKP.

"Hari ketiga evakuasi pada Selasa (13/7) pukul 07.00 WITA, Tim Evakuasi hampir berhasil mengangkat jenazah menggunakan Heli Caracal TNI AU, namun karena sempitnya medan serta lebatnya hutan menyulitkan manuver heli untuk hover dengan aman karena bila dipaksakan akan sangat beresiko untuk keamanan alutsista," kata Brigjen Rafael.

Brigjen TNI Rafael yang mengkoordinir pergerakan evakuasi, melaporkan pada hari Rabu (14/7) proses evakuasi yang juga melibatkan masyarakat kembali menemui kendala setelah sempat menggunakan rakit menyusuri sungai sepanjang hampir 500 meter dari posisi sebelumnya. "Ternyata di depan terdapat air terjun lebih 75 meter yang memaksa tim evakuasi menurunkan jenazah menggunakan tali," katanya.

Baru pada hari Rabu siang sekitar pukul 13:30 WITA, kata Brigjen Rafael, Tim Evakuasi berhasil menjangkau landing zone darurat yang aman. Selanjutnya dilakukan pengangkatan jenazah menggunakah hoist dan basket stretcher dari pesawat Heli Super Puma dukungan operasi Koopsau II Makassar, yang diterbangkan oleh Pilot Mayor Pnb Budiyono dari Lanud Hasanudin Makassar. Rabu siang pukul 14:30 WITA, dua jenazah teroris Poso diberangkatkan dari Mayonif 714/SM ke RS. Bhayangkara Polda Sulteng untuk proses identifikasi.

"Keberhasilan evakuasi jenazah teroris Poso tidak terlepas dari kerja sama semua pihak yang telah mencurahkan semua tenaga dan pemikiran pasca penyergapan serta penghormatan terhadap nilai kemanusiaan," ujarnya.

Baca Juga: