Tidak hanya cabai rawit, cabai merah juga mengalami deflasi karena turunnya harga pada komoditas tersebut sebesar 16,97 persen dan memberi andil deflasi 0,04 persen terhadap deflasi Jakarta.
Jakarta -- Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut harga cabai rawit dan merah di DKI Jakarta pada September berada pada level terendah dalam dua tahun terakhir
"Untuk cabai rawit ini jika dilihat dari pergerakan harganya masuk pada level harga Rp49.993 per kilogram. Ini sesungguhnya level harga cabai rawit rata-raya yang berada pada level terendah sepanjang dua tahun terakhir," kata Kepala BPS Provinsi DKI Jakarta, Nurul Hasanuddin saat dikonfirmasi di Jakarta, Rabu.
Nurul merinci dalam dua tahun terakhir sejak 2022, harga cabai rawit pada September 2024 yang mengalami deflasi sebesar 27,68 persen terlihat cukup dalam karena memberi andil sebesar 0,05 persen terhadap deflasi Jakarta yang tercatat sebesar 0,1 persen secara bulanan.
Tidak hanya cabai rawit, cabai merah juga mengalami deflasi karena turunnya harga pada komoditas tersebut sebesar 16,97 persen dan memberi andil deflasi 0,04 persen terhadap deflasi Jakarta.
Berdasarkan perkembangan harganya, cabai merah pada September 2024 mencapai Rp44.014 per kg dan termasuk pada level yang terendah.
"Ini termasuk juga pada level yang terendah, bahkan terendah sepanjang dua tahun terakhir. Dan sepanjang tiga bulan terakhir, cabai merah ini selalu memberikan andil deflasi," kata Nurul.
Jika dilihat pada perkembangan inflasi tahunan (year overyear/ yoy) yakni September 2024 terhadap September 2023, cabai merah juga mengalami deflasi sebesar 23,40 persen dengan andil terbesar, yakni 0,07 persen.
Kedua komoditas ini memberi andil deflasi cukup besar karena produksi cabai rawit di wilayah sentra produksi mengalami peningkatan, begitu juga dengan cabai merah yang mengalami panen raya pada September lalu.
Adapun pada September 2024, Jakarta mengalami deflasi sebesar 0,1 persen secara bulanan (month to month/ mtm) yang dipicu oleh turunnya harga BBM nonsubsidi, cabai rawit dan merah.
Namun jika dilihat secara tahunan (yoy), Jakarta mengalami inflasi sebesar 1,7 persen yang dipicu oleh naiknya harga emas perhiasan, tiket pesawat, beras, sewa rumah dan upah asisten rumah tangga.