LONDON - Salah satu kandidat unggulan pengganti mantan Perdana Menteri Theresa May yaitu Boris Johnson, pada Rabu (12/6) mengatakan bahwa ia hanya akan meloloskan keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) tanpa kesepakatan sebagai upaya terakhir.
Hal itu diungkapkan Johnson setelah secara resmi memulai kampanyenya untuk menjadi perdana menteri dengan janji untuk menyatukan sebuah negara yang masih terpecah karena Brexit.
Johnson, mantan menteri luar negeri Inggris, adalah salah satu calon favorit di antara 10 kandidat yang bersaing untuk menggantikan Theresa May, yang mengundurkan diri dari jabatan PM Inggris setelah dua kali menunda pelaksanaan Brexit.
Saat memulai acara kampanye yang turut dihadiri sejumlah anggota senior partai Konservatif, Johnson bersikeras menyatakan Brexit harus terjadi pada 31 Oktober, batas waktu terakhir disepakati dengan Brussels. Sayangnya, Johnson tak menjelaskan rincian tentang bagaimana ini hal itu bisa dilaksanakan.
"Inggris harus bersiap keluar dari Uni Eropa (UE) tanpa kesepakatan baru sebagai jalan terakhir dan itu bukan sesuatu yang diinginkan oleh siapa pun," kata Johnson, 54 tahun.
Dalam kampanyenya, Johnson pun memperingatkan agar Brexit tak lagi ditunda. "Penundaan berarti kekalahan. Penundaan berarti Corbyn. Jika ditunda lagi, maka berakhirlah (Brexit) kita," ucap politisi bernama lengkap Alexander Boris de Pfeffel Johnson itu.
Tak Mudah
Johnson adalah sosok utama dalam pemungutan suara referendum 2016 untuk meninggalkan UE dan salah satu politisi paling terkenal di Inggris. Ia juga adalah salah satu pengkritik yang paling memecah-belah, memiliki retorika populis yang menarik, walau kurangnya perhatian terhadap detail.
Johnson sempat selama delapan tahun menjabat sebagai Wali Kota London. Karier politiknya naik saat diangkat sebagai Menlu Inggris dalam kabinet pimpinan PM May.
Melaksanakan Brexit tanpa kesepakatan merupakan hal yang tak mudah karena sekelompok anggota parlemen lintas partai pada Rabu meluncurkan upaya untuk memblokir peluang terjadinya Brexit tanpa kesepakatan.
UE telah menegaskan kembali bahwa mereka tidak akan menegosiasikan kembali persyaratan Brexit, tetapi Johnson mengatakan pemerintah baru dengan optimisme baru, akan bisa menemukan jalan keluar.
Dalam kampanyenya, Johnson tidak mengulangi ancaman untuk menahan pembayaran denda senilai miliaran euro yang disepakati Mei untuk menutupi kewajiban Inggris terhadap UE. Sementara Komisi Eropa pada Rabu memperingatkan bahwa Inggris masih harus membayar, walau Brexit tanpa kesepakatan. ang/AFP/I-1