Kejadiannya sudah lama, sudah hampir dua bulan. Ya, tepatnya 17 Oktober lalu, setelah 19 tahun menunggu, tim bulu tangkis Indonesia akhirnya berhasil juara Thomas Cup lagi. Di final yang berlangsung di Ceres Arena, Aarhus, Denmark, Indonesia menumbangkan Tiongkok 3-0. Kemenangan ini menjadikan Indonesia sebagai negara paling banyak memenangi kejuaraan dunia badminton beregu putra, sebanyak 14 kali.
Sayang sekali penantian selama hampir dua dekade untuk membawa kembali Piala Thomas ke Indonesia, disambut adem ayem di Tanah Air. Piala lambang supremasi bulu tangkis beregu putra itu mendarat di Pelatnas PBSI Cipayung, Jakarta Timur, Jumat (5/11) petang jauh dari kemeriahan. Piala tersebut dikirim oleh Federasi Bulutangkis Dunia (BWF) dari markasnya di Kuala Lumpur, Malaysia.
Dalam acara seremoni sederhana, namun sarat makna, Piala Thomas diserahkan oleh Kabid Pengembangan Daerah PP PBSI, Sudarto Adinagoro, kepada manajer tim, Eddy Prayitno, yang kemudian memberikan kepada pahlawan kemenangan, Anthony Sinisuka Ginting dan Jonatan Christie.
Bukan hanya sepinya penyambutan, apresiasi terhadap Tim Thomas Cup juga sepi. Berbeda saat peraih emas Olimpiade Tokyo, pasangan ganda putri Gresyia Polii/Apriani Rahayu tiba di Tanah Air. Dalam waktu tidak lama langsung diterima Prsiden Joko Widodo di Istana. Mereka kebanjiran bonus. Masing-masing, Gresyia dan Apriani bukan hanya dapat lima miliar rupiah dari pemerintah, bonus dari swasta dan pemerintah daerah pun berhamburan. Total masing-masing memperolehh bonus tidak kurang dari 10 miliar rupiah.
Sebenarnya wajar sih jika peraih emas Olimpiade meraih bonus dalam jumlah yangg besar karena Olimpiade jelas lebih bergengsi. Olimpiade adalah pesta olahraga terbesar di dunia. Diadakan empat tahun sekali. Semua atlet sangat berharap meraih emas agar posisi negaranya dalam peringkat perolehan medali naik ke atas, dan itu sangat membanggakan.
Ingat, betapa bangganya kita semua warga Indonesia tatkala Gresyia/Apriani meraih emas. Posisi Indonesia dalam perolehan medali langsung menyodok ke atas melampaui Malaysia yang dalam beberapa hal terkesan merendahkan dan tak mau kalah dengan Indonesia. Terbukti, di Olimpiade Indonesia lebih besar dari Malaysia.
Meski agak terlambat, Presiden Joko Widodo akhirnya menemui Tim Piala Thomas. Di sela-sela kunjungan kerjanya di Bali, Presiden menemui Jonathan Christie dan kawan-kawan yang juga sedang berada di Bali mengikuti Indonesia Badminton Festival 2021.
Mengenai bonus, Menteri Pemuda dan Olahraga, Zainudin Amali, mengatakan bahwa hal itu sudah mendapat persetujuan Menteri Keuangan. Lambatnya pencairan bonus karena ada beda penafsiran, apakah Thomas Cup ini kejuaraan dunia atau tidak. Karena dalam regulasi yang tertuang dalam Keputusan Menteri Pemuda dan Olahraga No. 21/202 menyatakan bonus diberikan kepada para peraih medali multievent seperti Olimpiade dan kejuaraan dunia.
Piala Thomas atau Thomas Cup jelas kejuaraan dunia bulu tangkis beregu putra yang diselenggarakan BWF. Sama seperti kejuaraan dunia sepak bola (FIFA Wolrd Cup) yang diselenggarakan federasi sepak bola dunia, FIFA.
Jadi, tidak ada alasan lagi bagi pemerintah untuk menunda pencairan bonus Thomas Cup. Mereka telah berjuang sekuat tenaga untuk menjadi yang terbaik. Dan juga telah berkorban jiwa raga uuntuk mengharumkan nama bangsa dan negara sekalipun tidak ada bendera merah putih pada penghormatan pemenang karena kelalaian kita yang dinilai tidak memenuhi regulasi peraturan tes doping.

Baca Juga: