JAKARTA - Deforestasi Hutan Amazon Brazil meningkat 150 persen pada Desember 2022 dibandingkan tahun sebelumnya, menurut pemerintah. Angka yang menyajikan laporan suram untuk Presiden Jair Bolsonaro di akhir masa jabatannya.
Pemantauan satelit mendeteksi 218,4 kilometer persegi (84,3 mil persegi) tutupan hutan hancur di hutan hujan terbesar di dunia itu bulan lalu, menurut program pengawasan DETER badan antariksa nasional (INPE).
Cakupan area tersebut bertambah lebih dari 150 persen dari 87,2 kilometer persegi (33,7 mil persegi) yang hancur pada Desember 2021, menurut INPE.
Bolsonaro yang digantikan oleh Presiden Luiz Inacio Lula da Silva pada 1 Januari lalu, memicu protes internasional selama empat tahun menjabat karena kebakaran dan penebangan menghabiskan hutan Amazon, sumber daya utama untuk membatasi perubahan iklim.
Di bawah kepemimpinan Bolsonaro, sekutu agribisnis, deforestasi tahunan di Amazon rata-rata naik 75,5 persen dari dekade sebelumnya.
"Pemerintahan Bolsonaro mungkin sudah berakhir, tetapi warisan lingkungannya yang tragis masih akan terasa untuk waktu yang lama," kata Marcio Astrini, sekretaris eksekutif Observatorium Iklim, sebuah koalisi kelompok lingkungan, dalam sebuah pernyataan.
Rekor itu adalah rekor Desember terburuk ketiga untuk program DETER, setelah 2017 dan 2015.
Deforestasi pada 2022 juga mendekati rekor tertinggi selama bulan-bulan musim kemarau penting di bulan Agustus, September, dan Oktober, ketika penebangan dan kebakaran sering terjadi karena cuaca kering.
Para ahli mengatakan, kehancuran terutama dipicu oleh pertanian dan perampas tanah yang membuka hutan untuk ternak dan tanaman.Lula, yang memimpin penurunan tajam deforestasi saat memimpin Brazil dari 2003 hingga 2010, telah berjanji untuk memulai kembali program perlindungan lingkungan Brazil, memperjuangkan nol deforestasi, dan memastikan raksasa Amerika Selatan itu berhenti menjadi "paria" dalam masalah iklim.