JAKARTA - Boeing melaporkan kerugian sebesar 1,64 miliar dolar AS pada kuartal ketiga karena hanya mengirimkan lebih sedikit 737 Max, pesawat yang paling laris tapi bermasalah. Boeing juga menghabiskan lebih banyak uang untuk membangun dua jet kepresidenan Air Force One yang baru.

Dilaporkan Associated Press, produsen pesawat tersebut pada Rabu (25/10) menurunkan perkiraan produksi 737 menjadi antara 375 dan 400 pesawat tahun ini, turun dari perkiraan sebelumnya sebesar 400 hingga 450.

Kerugian tersebut lebih besar dari perkiraan Wall Street. Boeing merugi setiap tahun sejak 2018 dan hanya meraup keuntungan dalam satu dari sembilan kuartal terakhir karena perusahaan berjuang mengatasi masalah dalam program pesawat terbang dan pertahanan.

"Ini adalah hasil yang mengecewakan pada kuartal ini dan tahun ini," kata Chief Financial Officer Brian West melalui telepon dengan para analis. "Kinerja ini di bawah ekspektasi kami, dan kami mengakui pemulihan kami belum berjalan sejauh yang kami harapkan."

West mengatakan margin laba perusahaan pada kuartal keempat akan lebih baik dibandingkan kuartal ketiga yang minus 6 persen, namun masih negatif.

Kemunduran Boeing dimulai dari dua kecelakaan maut yang melibatkan pesawat 737 Max pada akhir 2018 dan awal 2019. Bahkan setelah merombak sistem yang terlibat dalam kecelakaan tersebut, produksi dan pengiriman pesawat telah melambat karena Boeing mengatasi beberapa kelemahan produksi.

Baru-baru ini, Boeing dan pemasok Spirit AeroSystems mulai memeriksa dan melakukan pekerjaan tambahan untuk memperbaiki lubang yang dibor dengan buruk di bagian penyegelan tekanan pada pesawat.

Pekan lalu, Boeing mengumumkan akan memberi Spirit 100 juta dolar AS untuk melengkapi kembali operasinya dan membayar Spirit tambahan 455 juta dolar AS selama dua tahun untuk suku cadang yang digunakan pada 787 Dreamliner. Kesepakatan tersebut mengharuskan Boeing memulihkan sebagian dari biaya tersebut dengan pemotongan harga sebesar 265 juta dolar mulai tahun 2026.

Dalam pekerjaan pemerintahnya, Boeing melaporkan kerugian sebesar 482 juta dolar pada kontraknya dengan Angkatan Udara untuk membangun dua jet kepresidenan baru karena perkiraan biaya produksi yang lebih tinggi.

CEO David Calhoun mengatakan kemunduran ini tidak akan mempengaruhi kinerja pesawat, namun "setiap rintangan yang tidak direncanakan dapat menimbulkan biaya yang tidak dapat dipulihkan" dalam kontrak harga tetap seperti yang disetujui Boeing untuk Air Force One.

"Pada akhirnya, kami memiliki dua pesawat yang harus dibangun.Kami berhasil melewati rintangan ini dan berkomitmen untuk menghadirkan dua pesawat luar biasa," katanya.

Perusahaan juga kehilangan 315 juta dolar pada kontrak satelit.

Tidak termasuk item khusus Boeing, yang berbasis di Arlington, Virginia, kehilangan 3,26 dolar per saham pada kuartal tersebut. Analis memperkirakan kerugian 3,18 dolar per saham, menurut survei analis FactSet.

Baca Juga: