JAKARTA- Kepala Badan Nasional Penanggulangan terorisme (BNPT), Suhardi Alius mengungkapkan, isu terorisme telah lintas batas sehingga setiap negara perlu bekerjasama secara erat untuk menciptakan strategi dan program yang efektif untuk menghadapi radikalisasi dan ekstrimisme kekerasan. Masalah terorisme adalah masalah global namun akar permasalah terbentukan terorisme setiap negara berbeda.

Untuk itu, dalam penanggulangan masalah terorisme, Indonesia melakukan 2 (dua) pendekatan yaitu pendekatan soft power dan hard power. Dalam hal ini, BNPT bertugas melaksanakan pendekatan soft power. Sedangkan polisi melaksanakan pendekatan hard power.

Pernyataan Suhardi tersebut dikemukakan usai penandatanganan kerja sama atau MoU penanggulangan terorisme antara Indonesia dan Slowakia (Memorandum of Understanding Between the National Counter Terrorism Agency of the Republic of Indonesia and the Ministry of Interior of the Slovak Republic on Counter-Terrorism Cooperation).

Penandatanganan dilakukan oleh Kepala BNPT, Suhardi Alius dan Secretary of State Kementerian Dalam Negeri, Mr. Michal Bagacka di Kantor Kementerian Dalam Negeri Slowakia di Bratislava, awal pekan ini, seperti rilis yang diterima Koran Jakarta, Kamis (27/6). Penandatanganan disaksikan oleh Dubes RI untuk Slowakia, Adiyatwidi Adiwoso, pejabat dari BNPT dan Kementerian Dalam Negeri Slowakia.

Lebih lanjut Suhardi mengatakan, melalui pendekatan soft power, BNPT melaksanakan 2 (dua) program yaitu program deradikalisasi bagi seluruh keluarga teroris selama 1-2 tahun dan program melawan radikalisasi guna memperkuat ketahanan masyarakat terhadap ideologi ekstremis. Hal ini dilakukan dgn penunjukan "Duta Besar Perdamaian" dari kalangan muda guna meyakinkan kaum muda agar tidak terpengaruh terhadap propaganda para ekstremis dengan bahasa milenial.

Secretary of State, Michal Bagacka dalam sambutannya menyatakan bahwa Slowakia menyambut baik inisiatif Indonesia untuk kerja sama penanganan terorisme ini karena aksi teror merupakan kejahatan yang dapat terjadi dimana saja dan akibatnya merugikan banyak pihak. Melalui kerja sama ini, Slowakia dapat belajar dari Indonesia yang lebih memiliki pengalaman dalam penanganan terorisme dan memiliki perangkat hukum ataupun infrastruktur yang lebih lengkap.

Sementara Dubes RI untuk Slowakia, Adiyatwidi Adiwoso sangat mengapresiasi kerja sama yang dilakukan oleh BNPT dan Kementerian Dalam Negeri Slowakia. Menurutnya Indonesia dapat menjadi role model dalam penanganan terorisme dan terlibat dalam berbagai forum-forum mengenai terorisme yang digelar oleh Slowakia. sur/AR-3

Baca Juga: