KEFAMENANU - Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) yang dikepalai Menteri Dalam Negeri (Mendagri) terus mengupayakan pemerataan ekonomi di kawasan perbatasan negara. Salah satu upaya dalam penguatan ketahanan pangan adalah lumbung pangan nasional berbasis sumber daya lokal.

BNPP melibatkan akademisi dalam wadah Forum Perguruan Tinggi Perbatasan (Fopertas) mengadakan rembuk gagasan yang memperkenalkan konsep pertanian sirkular atau circular farming kepada Organisasi Perangkat Daerah terkait, petani, dan peternak.

Fopertas kini beranggotakan 12 perguruan tinggi dengan diketuai guru besar Universitas Gajah Mada Prof Dr Suratman, MSc yang didampingi Ir Yogi Sidik Prasojo SPt, MAgr, PhD., IPP Fakultas Peternakan UGM selaku Instruktur Pakan Ternak.

Sebagai langkah awal, BNPP bersama Fopertas hadir di Universitas Nusa Cendana dan diterima oleh Rektor Undana Prof Dr drh Maxs U E Sanam Msc. Kedua pihak sepakat membangun sinergi dalam memajukan Nusa Tenggara Timur dengan konsep circular farming, Selasa (28/11).Kegiatan ini mendapat respons positif.

Selanjutnya Dekan Fakultas Pertanian Muhammad SM Nurd dan Ketua LPPM Dr Ir Damianus Adar akan hadir bersama dalam kegiatan BNPP di Kabupaten Timor Tengah Utara.

Kemudian, BNPP bersama akademisi dan Organisasi Perangkat Daearah (OPD) terkait menggelar Focus Group Discussion (FGD) di Kantor Badan Pengelola Perbatasan Daerah (BPPD) Timor Tengah Utara pada Pada 29-30 November. Dilanjutkan dengan praktik lapangan bersama petani dan peternak di sekitar Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Napan.

Para petani dan peternak akan mempraktikan sejumlah materi yang diberikan para pakar dari Fopertas di PLBN Napan di Bikomi Utara, Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur (NTT).

PLBN sebagai pintu pemisah antara Indonesia dan Republik Demokratik Timor Leste dan memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat perbatasan, yang berfungsi sebagai jalur lalu lintas orang dan barang, diharapkan dapat memperkuat ekonomi masyarakat sekitar.

Kepala Biro Perencanaan dan Kerja Sama BNPP Farida Kurnianingrum menjelaskan, diperlukan kesamaan persepsi, komitmen, dan gerak langkah bersama dalam mengelola potensi unggulan yang akan dikembangkan.

"Potensi unggulan lokal yang akan dikembangkan. NTT khususnya di TTU, yakni sapi sebagai hewan ternak yang memiliki pangsa pasar sampai ke Pulau Jawa, dan tidak mustahil bila dikelola dengan baik dapat menjangkau pasar internasional, misalnya Timor Leste. Dan akan menjadi hal yang berbeda untuk kawasan perbatasan lainnya dalam menetukan jenis potensi unggulannya," kata Farida, Rabu (29/11)

Farida menjelaskan, rencana menjadikan lumbung pangan nasional berbasis sumber daya lokal di perbatasan negara perlu menjadi agenda yang dapat dimasukkan dalam Rencana Induk (Renduk) Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan (PBWN-KP) Tahun 2025-2029.

Baca Juga: