BMKG menegaskan perlunya mitigasi bencana di Sumbar karena daerah tersebut rentan bencana alam, seperti banjir, tanah longsor, angin puting beliung, gunung meletus, gempa bumi, dan tsunami.

BMKG menegaskan perlunya mitigasi bencana di Sumbar karena daerah tersebut rentan bencana alam, seperti banjir, tanah longsor, angin puting beliung, gunung meletus, gempa bumi, dan tsunami.

PADANG - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mendukung upaya mitigasi bencana diterapkan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Barat (Sumbar) karena melibatkan secara aktif masyarakat sekaligus memadukan dengan kearifan budaya setempat.

"Melihat dari dua faktor tersebut Sumatera Barat jadi provinsi yang kami nilai sudah paling siap menghadapi bencana alam," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam rapat koordinasi dengan Gubernur Sumatera Barat terkait banjir lahar hujan dan longsor di Kota Padang, Senin (13/5).

Menurut dia, salah satu contoh upaya pemerintah dalam menumbuhkan peran aktif masyarakat itu dibuktikan setelah Sumatera Barat memiliki forum koordinasi kebencanaan yang tersebar hampir di setiap kabupaten dan kota.

Anggota forum koordinasi tersebut masing-masing terdiri atas unsur pemerintah daerah, akademisi, lembaga swasta, organisasi kepemudaan, relawan, tokoh masyarakat, bahkan hingga jenjang rukun warga.

Dalam beberapa tahun terakhir, ia menyebutkan BMKG terlibat aktif dengan forum-forum kebencanaan. Oleh karena itu, hasil analisis prakiraan cuaca harian atau potensi dini bencana yang diterbitkan oleh BMKG bisa dengan cepat menjangkau masyarakat.

"Peran aktif masyarakat dalam mitigasi bencana adalah kunci utamanya yang sudah sepatutnya mendapat didukung terus," ujarnya.

Terlebih dalam rapat koordinasi, Gubernur Sumatera BaratMahyeldi juga mengungkapkan komitmen untuk melestarikan kearifan lokal yang berkaitan dengan menjaga kelestarian lingkungan misalnya memanfaatkan aliran sungai sebagai embung ikan, hutan adat, dan gotong royong.

Hanya saja, dia menilai, dibutuhkan kesiapsiagaan secara ekstra dan pengambilan keputusan cepat dalam merespons tanda alam bila ingin memperkecil dampak bencana di "Ranah Minang" --sebutan untuk Sumatera Barat ini.

Sumatera Barat rentan bencana alam, seperti banjir, tanah longsor, angin puting beliung, gunung meletus, gempa bumi, dan tsunami.

Berdasarkan data BMKG, hal itu dikarenakan Sumatera Barat memiliki bentang alam yang lengkap mulai dari dataran tinggi hingga dataran pesisir, letak geografis menghadap Samudera Hindia, termasuk dilintasi sesar besar daratan Sumatera.

"Terlebih tidak ada zona musim di Sumatera Barat sehingga hampir sepanjang tahun selalu diguyur hujan sedang-lebat, semua bisa terjadi sewaktu-waktu, bahkan jadi kesiapsiagaan merespons tanda alam harus pula diasah," ujarnya.

Jumlah Korban

Sementara itu, Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) Kota Padang, Sumbar melaporkan hingga Senin siang pukul 13.00 WIB korban meninggal dunia akibat banjir lahar dingin Gunung Marapi maupun banjir bandang di tiga wilayah di provinsi itu mencapai 43 orang.

"Total keseluruhan korban meninggal dunia di beberapa tempat mencapai 43 orang," kata Kepala SAR Kota Padang, Sumbar, Abdul Malik, di Padang, Senin.

Rinciannya, 19 orang korban meninggal dunia dari Kabupaten Agam, 14 di Kabupaten Tanah Datar, delapan di Kabupaten Padang Pariaman dan dua korban asal Kota Padang Panjang. Dari jumlah itu, Basarnas melaporkan korban yang sudah berhasil teridentifikasi berjumlah 38 orang.

Dengan penambahan korban jiwa tersebut SAR juga memperbaharui jumlah korban yang belum ditemukan yakni 15 orang. Rinciannya 12 di Kabupaten Tanah Datar dan tiga orang di Kabupaten Agam."Sampai saat ini tim pencarian masih mencari keberadaan warga yang dilaporkan hilang," kata Abdul.

Kepala SAR Kota Padang menjelaskan pencarian korban hilang yang diduga terseret arus banjir bandang tersebut difokuskan pada sektor-sektor yang telah ditentukan. Penyisiran korban hilang dilakukan dari Kota Padang Panjang hingga aliran Sungai Batang Anai.

Untuk memaksimalkan pencarian korban, Basarnas Kota Padang dibantu oleh Basarnas Pekanbaru. Kemudian informasi teranyar, Basarnas Mentawai dan Basarnas Jambi hingga Basarnas pusat juga akan turut membantu pencarian korban yang belum ditemukan.

Pada kesempatan itu, Abdul mengatakan luasnya areal yang terdampak banjir bandang maupun banjir lahar dingin Gunung Marapi merupakan salah satu tantangan tim pencarian dan pertolongan di lapangan. Oleh karena itu, diperlukan banyak peralatan serta sumber daya manusia yang ahli di bidangnya. Ant/S-2

Baca Juga: