BANDA ACEH - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan saat ini wilayah Aceh mulai memasuki puncak musim kemarau, sehingga masyarakat diimbau untuk waspada terhadap kekeringan dan potensi kebakaran permukiman maupun hutan dan lahan.
"Pada Juli ini, umumnya untuk wilayah Aceh sudah memasuki puncak musim kemarau, dalam artian curah hujan di Aceh sangat rendah," kata Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Kelas I Sultan Iskandar Muda Aceh Besar Anang Heriyanto di Banda Aceh, Kamis (11/7).
Ia menjelaskan, pantauan BMKG terhadap curah hujan pada dasarian pertama berada pada kategori rendah, antara 21-55 mm. Kondisi yang sama juga diprediksikan selama 10 hari ke depan.
"Dalam 10 hari ke depan juga masih kategori rendah, karena Juli ini pada umumnya di Aceh puncak musim kemarau," ujarnya.
Meski mulai memasuki puncak musim kemarau, lanjut Nanang, tetap ada daerah dengan potensi hujan intensitas ringan di Aceh seperti Kabupaten Aceh Tenggara dan Aceh Tamiang dengan curah hujan 50-100 mm per dasarian.
"Tetapi secara umum, 80 persen wilayah Aceh sudah memasuki musim kemarau, oleh karenanya semua daerah perlu mewaspadai potensi kekeringan ini," ujarnya.
BMKG mengimbau agar masyarakat tidak membakar sampah sembarangan, serta tidak membuka lahan dengan cara membakar karena akan berpotensi terjadi kebakaran.
"Kalau kita melihat historis titik panas pada tahun lalu, umumnya juga terdeteksi pada Juni dan Juli, paling tinggi di wilayah Aceh," ujarnya.
Selain itu, kata Nanang, kecepatan angin di Tanah Rencong itu, umumnya bertiup dari selatan ke barat daya, dengan kecepatan angin berkisar antara 8-35 kilometer per jam.
Untuk tinggi gelombang laut di wilayah laut Aceh masih berada pada kategori rendah yaitu sekitar 0,5 - 1,5 meter.
"Tinggi gelombang laut di Aceh ini masih kategori aman dalam satu dua hari ke depan. Aman untuk aktivitas perairan dan khususnya daerah penyeberangan," ujarnya.
BMKG: Aceh Sudah Memasuki Puncak Musim Kemarau pada Juli
12 Juli 2024, 09:10 WIB
Waktu Baca 2 menit