JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) mengajak banyak kalangan untuk berbisnis pangan lokal, termasuk sagu. Sebagai komoditas perkebunan, sagu memiliki potensi luar biasa, jadi peluang usaha menarik dan menguntungkan. Kini, pasar sagu semakin terbuka, muncul pelaku usaha baru tertarik menggeluti bisnis komoditas tersebut.

Direktur Perlindungan Perkebunan Ditjen Perkebunan, Kementan Baginda Siagian mengatakan, Kementan terus mendukung petani dan pelaku usaha perkebunan agar terus berkreasi supaya sagu menjadi beragam produk pangan sehat, menjadi solusi jitu hadapi krisis pangan dunia.

"Kolaborasi, sinergi, dan komitmen bersama diperlukan untuk meningkatkan nilai tambah sagu ini guna membangkitkan ekonomi masyarakat karena sagu bisa menjadi bahan pangan lokal untuk ketahanan pangan nasional," ujarnya di Jakarta, Senin (24/10).

Baginda menambahkan hal menarik dari produk turunan sagu lainnya, kini tak hanya tepung sagu, beras sagu saja, terus bermunculan produk baru seperti mi sagu sehat dan biskuit sagu yang aman untuk dikonsumsi bagi anak-anak yang memiliki sensitivitas terhadap suatu alergi, seperti alergi pada protein gluten.

Produk turunan sagu terbukti telah berhasil, salah satunya Sago Mee, mi berbahan baku sagu ini sangat digemari segala kalangan yang diluncurkan sejak Oktober 2020. Selain karena varian rasa beragam dan rasanya yang enak, kandungan Sago Mee aman dikonsumsi karena Gluten Free, Low Glycemic Index Non-GMO, Non-MSG dan Rich Prebiotic, kemasan menarik serta cara penyajiannya pun mudah dikonsumsi, ditambah tak sulit mencari produk pangan dari sagu ini karena bisa ditemukan di marketplace.

Juniar menambahkan, Sago Mee bisa membantu mengenalkan sagu Indonesia kepada pasar global khususnya generasi muda. "Pasar mi instan Indonesia tercatat nomor 2 terbesar di dunia. Melalui SagoMee ini, edukasi sagu ke kalangan millenial lebih mudah dilakukan," ujarnya.

Peluang Besar

Dia menjelaskan alasannya memilih kembangkan sagu karena kearifan pangan lokal, dan potensi hutan sagu Indonesia terluas di dunia sehingga terjaminnya stok bahan baku. Selain itu, industri tepung sagu termodern pertama di dunia saat ini ada di Indonesia. Sagu siap penuhi kebutuhan pangan lokal Nusantara dan dunia secara sustainable tanpa harus merubah fungsi hutan seperti tanaman pangan lainnya.

Jepang, paparnya, mempunyai Sago Society Foundation, namun sumber daya hutan sagu terbatas, sehingga mencari pangan alternatif lain selain gandum dan beras.

"Tentunya ini peluang besar harus libatkan semua pihak, baik itu petani, stakeholders, swasta, institusi pemerintah, badan riset dan lainnya. Berharap sagu menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Semoga dengan peluang bisnis yang besar ini, bisa kita tangkap dan bersama terus kembangkan potensi sagu dan hasilkan produk turunan yang semakin inovatif dan bermanfaat, serta stok bahan baku terjamin, dari hulu hingga hilir, termasuk promosinya, serta saling menguntungkan," harapnya.

Baca Juga: