Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga, mengatakan peringatan Hari Ibu pada 22 Desember menjadi momentum meneladani fondasi perjuangan para pahlawan perempuan. Nama mereka yang tetap harum hingga kini bisa menjadi inspirasi bagi masyarakat Indonesia.

"Peringatan Hari Ibu adalah milik kita semua, sebagai anak, sebagai istri, sebagai ibu, maupun sebagai teman seperjuangan yang tidak lelah menjadi arti dimanapun berada. Selamat Hari Ibu yang ke-94, khususnya bagi seluruh perempuan Indonesia," ujarnya saat membuka acara puncak Peringatan Hari Ibu di Balai Semarak, Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu, Kamis (22/12).

Bintang menuturkan peringatan Hari Ibu memiliki esensi yang tidak hanya untuk mengapresiasi jasa besar ibu yang telah melahirkan kita semua, tetapi mengapresiasi seluruh perempuan Indonesia atas peran, dedikasi, dan kontribusi mereka kepada keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.

Menurut dia, peringatan Hari Ibu dirayakan untuk mengingatkan kepada semua orang tentang pentingnya peran perempuan dalam membangun bangsa dalam seluruh sektor pembangunan. Peringatan merupakan momentum untuk mengenang dan memberikan penghormatan atas terselenggaranya Kongres Perempuan Pertama di Yogyakarta, pada 22 Desember 1928.

Kegiatan itu adalah titik penting pergerakan perempuan yang menandai babak baru bangkitnya gerakan perempuan Indonesia untuk berorganisasi secara demokratis tanpa membedakan agama, etnis, dan kelas sosial. Pada 1959, momentum bersejarah itu kemudian ditetapkan oleh Presiden Soekarno sebagai sebagai Hari Nasional yang dinamakan Hari Ibu.

"Perjuangan gerakan perempuan ini membawa keyakinan baru bagi perempuan-perempuan Indonesia bahwa pemenuhan hak dan kesetaraan akan mengantarkan mereka untuk dapat berjalan bersama-sama, serta menjemput kesempatan yang sama. Ruang untuk berkontribusi adalah milik semua," kata Bintang.

Bintang menambahkan bahwa perjalanan panjang selama 94 tahun sejak Kongres Perempuan Indonesia Pertama telah mengantarkan berbagai bentuk kemajuan bagi kaum perempuan. Namun, perjuangan mewujudkan kesetaraan gender masih jauh dari yang dicita-citakan para tokoh perempuan. Sampai kini perempuan masih dikategorikan sebagai kelompok rentan yang tertinggal dalam berbagai bidang pembangunan.

Menurut Bintang, ketertinggalan itu bukanlah karena perempuan lemah atau tidak memiliki kemampuan, tetapi karena masih kuatnya budaya patriarki dalam masyarakat yang menghambat langkah. Padahal, perempuan merupakan potensi bangsa yang sangat berharga. Dari jumlahnya saja, perempuan mengisi hampir setengah dari populasi Indonesia, dan sekitar 70 persen perempuan Indonesia masuk dalam usia produktif.

"Jika kita mampu memberikan kesetaraan bagi perempuan, maka dampak positifnya pun akan dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Maka, peringatan Hari Ibu yang ke-94 masih mengambil tema besar 'Perempuan Berdaya, Indonesia Maju' untuk terus mengingatkan kita akan hal tersebut," pungkasnya. hay/Ant

Baca Juga: