LONDON - Negara-negara miskin akan tertinggal enam hingga delapan bulan di belakang negara yang lebih kaya dalam mendapatkan akses ke vaksin Covid-19 untuk melindungi populasi mereka terhadap pandemi. Hal itu diprediksi seorang filantropi terkemuka, Bill Gates.

Dalam sebuah sesi wawancara, Gates menyebut peluncuran vaksin Covid-19 pertama sebagai masalah distribusi yang sulit dan memberi tekanan pada lembaga global, pemerintah, dan pembuat obat.

"Setiap politisi berada di bawah tekanan untuk mengajukan tawaran agar negara mereka bisa berada di urutan atas dalam antrean (pasokan vaksin)," kata Gates, Rabu (27/1).

Yayasan Bill dan Melinda Gates sejauh ini telah berkomitmen sebesar 1,75 miliar dollar AS untuk tanggapan global terhadap pandemi Covid-19, termasuk dana untuk inisiatif berbagi vaksin, Covax, yang dipimpin oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan didukung oleh sejumlah produsen vaksin.

Covax, yang dipimpin oleh aliansi vaksin GAVI, bertujuan untuk memberikan 2,3 miliar dosis vaksin Covid-19 hingga akhir tahun, termasuk 1,8 miliar dosis ke negara-negara miskin secara gratis. Fasilitas ini berharap dapat memulai pengiriman bulan depan.

CEO GAVI dan pemimpin bersama Covax, Seth Berkley, memperingatkan adanya kepanikan vaksin dengan banyak negara mengejar kesepakatan bilateral dengan para produsen obat untuk mengamankan pasokan vaksin bagi mereka, bahkan mengancam mengambil langkah hukum jika pasokan terlambat.

Gates mengatakan tekanan seperti itu tidak membantu, mengingat perusahaan farmasi seperti Pfizer, BionTech, AstraZeneca, dan Moderna semuanya mengembangkan vaksin Covid-19 dalam waktu kurang dari setahun. Ant/I-1

Baca Juga: