HIROSHIMA - Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, yakin ketegangan yang meningkat antara AS dan Tiongkok akan mereda dan "segera mencair". Biden menyatakan kekecewaannya insiden balon mata-mata Tiongkok pada awal tahun merusak momentum untuk memfasilitasi komunikasi antara pejabat senior kedua negara.

"Saya pikir Anda akan melihat keadaan itu akan mencair secepatnya," kata Biden dalam sebuah konferensi pers, di Hiroshima, Minggu (21/5) sebelum meninggalkan kota di Jepang itu, di mana dia menghadiri konferensi tingkat tinggi (KTT) Kelompok Tujuh dan mengadakan pertemuan dengan banyak pemimpin negara, termasuk Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy.

Seperti dikutip dari Antara, Biden mengatakan perjanjian sebelumnya dengan Presiden Tiongkok, Xi Jinping, mengenai pentingnya menerapkan hotline militer dengan cepat memburuk setelah kontroversi balon ketika ketegangan meningkat.

Pada awal Februari, Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, secara mendadak menunda rencananya mengunjungi Beijing setelah Washington mendeteksi apa yang digambarkan sebagai balon mata-mata Tiongkok yang bergerak di atas wilayah sensitif benua AS.

Perjalanan itu dimaksudkan untuk tindak lanjut pertemuan tatap muka Biden dan Xi Jinping pada November tahun lalu. Hal itu akan menjadi kunjungan pejabat setingkat menteri pertama ke Tiongkok dari Washington sejak awal pemerintahan AS saat ini pada tahun 2021.

Adakan Diskusi

Tidak ada tanda-tanda ketegangan mereda, tetapi Penasihat Keamanan Gedung Putih, Jake Sullivan dan Wang Yi, diplomat tertinggi Tiongkok, mengadakan diskusi "bebas" selama berjam-jam mengenai isu utama di Wina pada awal bulan ini.

Saat itu, pemerintah AS dan Tiongkok mengatakan mereka setuju untuk tetap membuka jalur komunikasi. Dalam konferensi pers sebelum kepulangannya, Biden juga menyebutkan Taiwan, sumber utama perselisihan Tiongkok dengan AS.

Dia menekankan kebijakan berabad-abad Washington mengenai pulau demokratis itu tak berubah, menunjukkan AS tidak mengharapkan Taiwan akan "secara independen" mendeklarasikan wilayahnya, negara berdaulat dan merdeka.

Biden menambahkan AS akan terus menempatkan Taiwan di mana mereka dapat membela diri mereka dan ada pemahaman yang jelas di antara sekutunya bahwa faktanya jika Tiongkok bertindak sepihak, mereka akan merespons.

Mengenang masa empat hari di Hiroshima, Biden mengatakan berada di kota itu dan mengunjungi sejumlah tempat seperti Museum Peringatan Perdamaian merupakan sebuah "pengingat yang kuat akan kenyataan perang nuklir yang menghancurkan dan tanggung jawab kita bersama untuk tidak pernah menghentikan upaya kita membangun perdamaian".

Sementara itu, pakar hubungan internasional (HI) dari Universitas Airlangga, Surabaya, I Gede Wahyu Wicaksana, menyoroti salah satu isu kuat yang jadi penyebab ketegangan antara AS dan Tiongkok, krisis Taiwan.

Dia mengatakan meskipun ada prediksi bahwa Tiongkok akan melancarkan serangan ke Taiwan untuk menguasai pulau itu, namun menurutnya Beijing tidak akan benar-benar memulai perang.

"Karena Tiongkok menghitung berbagai risiko yang akan mereka hadapi jika tetap menyerang Taiwan. Salah satunya mengambil pelajaran dari Russia yang mendapat berbagai sanksi yang berdampak pada ekonomi negara itu dan mereka berpikir kurang lebih dampaknya sama dengan Russia. Bahkan bisa berkali-kali lipat," ujarnya.

Baca Juga: