BRUSSELS - Pakta Pertahanan Atlantik Utara (North Atlantic Treaty Organization/NATO) akan membahas revisi konsep strategisnya saat para pemimpin negara anggotanya, termasuk Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, berkumpul di Brussels, Belgia, pada Senin (14/6).

"NATO terakhir kali memperbarui dokumen yang menguraikan tujuannya itu pada 2010. Ancaman keamanan dan tantangan yang dihadapinya telah berubah sejak itu," kata Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg.

"Sebagai contoh, dalam konsep strategis yang sekarang, Tiongkok tidak disebut-sebut satu kali pun, apalagi soal perubahan iklim hampir tidak disebutkan sama sekali. Dan tentu saja, hubungan kami dengan Russia berada pada posisi yang sangat berbeda ketika itu dibandingkan dengan yang sekarang," ungkap Stoltenberg dalam konferensi pers, Jumat (11/6) lalu.

"Sekarang, kita berada di titik rendah sejak Perang Dingin dalam hubungan kami dengan Russia, dan ada serangan siber yang lebih canggih, serta banyak lagi tantangan yang telah berubah selama tahun-tahun ini," imbuh dia.

Sebelumnya NATO menunda pembahasan perubahan konsep strategisnya saat Donald Trump menjadi Presiden AS.

"Warga Eropa tidak ingin membuka Kotak Pandora semasa pemerintahan Trump karena mereka tidak tahu apa yang akan dikatakan AS," komentar Dan Hamilton, direktur program Global Europe di lembaga kajian Wilson Center.

Trump juga memiliki hubungan penuh ketidakpastian dengan para pemimpin aliansi militer ini, berulang kali mencaci mereka untuk meningkatkan jumlah anggaran pertahanan mereka dan mempertanyakan klausul pertahanan bersama NATO yang dikenal sebagai Pasal 5.

Biden, dalam pidato di Royal Air Force Mildenhall di Inggris pada Rabu (9/6) lalu mengatakan bahwa selama ia di Brussels, akan menjelaskan bahwa komitmen AS terhadap aliansi NATO dan Pasal 5 sangat kuat. "Ini merupakan kewajiban suci kami berdasarkan Pasal 5," ucap Presiden AS itu.AFP/VoA/I-1

Baca Juga: