Kecaman internasional terhadap Moskwa atas serbuan ke Ukraina semakin memuncak setelah pasukan Russia dilaporkan membunuh warga sipil dalam serangan ke kota-kota utama di Ukraina yang telah terkepung.

KYIV - Kemarahan internasional atas invasi Russia ke Ukraina meningkat pada Kamis (17/3) ketika pejabat Amerika Serikat (AS) dan Ukraina mengatakan warga sipil yang mengantre untuk roti dan berlindung di teater telah dibunuh oleh pasukan Russia.

Presiden AS, Joe Biden, menyebut Presiden Russia, Vladimir Putin, sebagai penjahat perang dalam komentar yang menurut Kremlin tidak dapat dimaafkan karena bersikeras bahwa perang di Ukraina akan direncanakan di tengah pembicaraan kompromi pada pembicaraan damai.

Moskwa belum berhasil merebut salah satu kota terbesar Ukraina meskipun serangan Russia tersebut adalah serangan terbesar di negara Eropa sejak Perang Dunia ke-2. Akibat serbuan itu, lebih dari 3 juta warga Ukraina melarikan diri dan ribuan orang tewas saat perang memasuki pekan ke-4.

Kementerian Luar Negeri Ukraina pada Rabu (16/3) mengatakan bahwa pasukan Russia telah menjatuhkan bom berkekuatan besar di sebuah teater di kota pelabuhan Mariupol yang terkepung. Serangan tersebut menyebabkan banyak warga sipil terjebak dan jumlah korban yang jatuh belum diketahui.

"Teater itu telah menampung setidaknya 500 warga sipil," menurut Human Rights Watch (HRW).

"Serangan ini menimbulkan kekhawatiran serius tentang apa yang menjadi target (Russia) yang mana target tersebut adalah kota di mana para warga sipil telah dikepung selama berhari-hari dan telekomunikasi, listrik, air, dan pemanas hampir sepenuhnya terputus," kata Belkis Wille dari HRW.

Moskwa membantah menargetkan warga sipil. "Kementerian Pertahanan Russia mengatakan pasukannya tidak menyerang gedung itu," lapor kantor beritaRIA.

Sementara itu Kedutaan Besar AS di Kyiv mengatakan pasukan Russia telah menembak mati 10 orang yang mengantre untuk mendapatkan roti di Chernihiv, timur laut Kyiv. Russia membantah serangan itu dan mengatakan insiden tersebut sebagai sebuah kebohongan.

Penegasan Putin

Sementara itu Presiden Putin pada Rabu mengatakan bahwa Barat tidak akan berhasil dalam apa yang disebutnya upayanya untuk mencapai dominasi global dan memecah belah Russia.

"Jika Barat berpikir bahwa Russia akan mundur, mereka tidak memahami Russia," kata Putin pada hari ke-21 perang melawan Ukraina.

"Di balik pembicaraan munafik dan tindakan kolektif Barat, semua tujuannya geopolitik yang bermusuhan. Mereka hanya tidak menginginkan Russia yang kuat dan berdaulat," imbuh Presiden Russia itu.

Putin pun mengatakan bahwa Russia siap untuk membahas status netral Ukraina dalam pembicaraan yang bertujuan untuk mengakhiri permusuhan, dan masih akan melanjutkan tujuan dari operasi militernya sesuai yang direncanakan.

Dalam sambutannya kepada para menteri pemerintah yang disiarkan di televisi pemerintah, Putin juga mengatakan Barat hanya akan memperkuat Russia dengan tindakan permusuhannya. Putin juga mengatakan Barat telah secara efektif menyatakan gagal bayar (default) terhadap Russia sebagai bagian dari sanksi atas konflik di Ukraina, tetapi mengatakan konflik itu hanya dalih bagi Barat untuk menjatuhkan sanksi pada Moskwa.

"Barat bahkan tidak repot-repot menyembunyikan bahwa tujuan mereka adalah untuk merusak seluruh ekonomi Russia, setiap orang Russia," pungkas Putin.AFP/ST/I-1

Baca Juga: