Presiden Joe Biden dalam pidato kenegaraan tahunannya mengatakan meningkatnya ketegangan dengan Tiongkok dan berlarutnya perang di Ukraina merupakan isu-isu kebijakan luar negeri utama. 

WASHINGTON DC - Ketika Presiden Joe Biden berbicara di Kongres Selasa (7/2) malam, ketegangan hubungan dengan Tiongkok sedang memuncak setelah kehadiran balon Tiongkok yang diduga melakukan pemantauan dan menarik perhatian anggota parlemen dan juga warga AS .

Tanpa secara khusus menyebut tentang balon Tiongkok itu, Biden berupaya meyakinkan warga AS tentang situasi keamanan sambil mengirim pesan ini kepada Tiongkok.

"Saya berkomitmen untuk bekerja dengan Tiongkok pada bidang yang dapat memajukan kepentingan Amerika dan memberi manfaat pada dunia. Tetapi jangan salah, sebagaimana yang kami tegaskan pekan lalu, jika Tiongkok mengancam kedaulatan kita, maka kita akan mengambil tindakan untuk melindungi negara kita. Dan kita melakukan hal itu," tandas Biden, dikutip VOA.

Sebuah jet tempur Amerika Sabtu lalu (4/2) menembak jatuh balon Tiongkok itu di atas Samudra Atlantik di lepas pantai South Carolina.

Tiongkok menyebut tindakan Amerika menembak jatuh balon itu sebagai hal yang "tidak dapat diterima," dan "reaksi berlebihan."

Sejumlah anggota faksi Republik mengkritisi Biden karena tidak memerintahkan untuk menembak jatuh balon itu lebih awal saat memasuki wilayah udara Amerika.

Michael Kugelman di Wilson Center mengatakan pada VOA bahwa anggota-anggota faksi Republik itu menginginkan sikap yang lebih keras terhadap Tiongkok.

"Jadi ia (Biden.red) tidak mengambil posisi yang kuat dan agresif. Ia membuka ruang untuk konsiliasi, dan saya kira anggota Kongres yang menginginkan sikap yang lebih keras, mereka tidak akan puas dengan apa yang ia katakan malam ini," kata Kugelman.

Perang Rusia di Ukraina juga disampaikan dalam pidato Biden itu. Amerika telah memberikan bantuan keamanan bernilai lebih dari 27 miliar dolar bantuan kepada Ukraina. Biden mengatakan invasi Presiden Rusia Vladimir Putin satu tahun lalu adalah ujian yang akan dilalui Amerika.

"Kita menyatukan NATO dan membangun koalisi global. Kita menentang agresi Putin. Kita berdiri bersama warga Ukraina. Malam ini sekali lagi bergabung bersama kita, Duta Besar Ukraina Untuk Amerika. Ia tidak hanya mewakili bangsaya, tetapi juga keberanian rakyatnya," lanjut Biden.

Sebagian anggota Kongres skeptis terhadap bantuan militer ke Ukraina. Tetapi hal itu tidak tampak ketika Partai Republik menguasai majelis DPR, termasuk Ketua DPR Kevin McCarthy yang tampaknya sangat mendukung pernyataan Biden.

Analis di Chicago Council on Global Affairs Elizabeth Shackelford mengatakan, "Saya harus mengatakan bahwa ada lebih banyak dukungan datang dari Partai Republik ketika Biden berbicara tentang Ukraina, terutama saat ia mengatakan, 'kita akan mengatasi isu ini selama diperlukan.' Padahal sebelumnya Partai Republik menentang hal ini dengan mengatakan tidak akan ada cek kosong bagi Ukraina," ulasnya.

Alih-alih perang di Ukraina dan "poros ke Asia" yang telah direncanakan sejak lama, Presiden Joe Biden merencanakan kunjungan pertama ke sub-Sahara Afrika, yang pertama oleh seorang presiden Amerika sejak tahun 2015.

Baca Juga: