BRUSSELS - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pada Selasa (15/6) bertemu dengan para pemimpin Uni Eropa untuk mendinginkan ketegangan perdagangan dan bergabung untuk mengalahkan pandemi Covid-19, menegakkan demokrasi dan menahan perubahan iklim. Pertemuan Biden itu untuk memperbarui hubungan transatlantik dan mengintensifkan kembali kerja sama dengan sekutu barat pasca Trump.

Biden saat menghadiri konprensi tingkat tinggi (KTT) dengan presiden eksekutif Uni Eropa dan Dewan yang mewakili 27 negara anggota blok itu, juga diharapkan untuk menegaskan solidaritas Barat dalam menghadapi ketegasan Rusia dan Tiongkok.

Berturut-turut hadir dalam KTT Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan pertemuan negara-negara kaya Kelompok Tujuh (G7) betul-betul dimanfaatkan Biden untuk membenahi kekuatan multilateralnya setelah mengalami banyak kekacauan selama masa kepemimpinan Donald Trump.

Draf pernyataan yang akan dirilis setelah pembicaraannya dengan Ursula Von der Leyen dari Komisi Eropa dan Charles Michel dari Dewan Eropa mengatakan mereka memiliki "kesempatan dan tanggung jawab untuk membantu orang mencari nafkah dan menjaga mereka tetap aman, melawan perubahan iklim, dan membela demokrasi dan hak asasi manusia".

Uni Eropa dan AS merupakan kekuatan perdagangan utama dunia, bersama dengan Tiongkok, namun selama masa kepemimpinan Trump, kawasan tersebut cenderung dikesampingkan.

Setelah menggagalkan perjanjian perdagangan bebas dengan Uni Eropa pemerintahan Trump berfokus pada menyusutkan defisit AS yang meningkat dalam perdagangan barang. Sementara Presiden Biden dalam pandangannya menilai Uni Eropa sebagai sekutu penting dalam mempromosikan perdagangan bebas, serta dalam memerangi perubahan iklim dan mengakhiri pandemi Covid-19.

Babak Baru

Sebelumnya, para pemimpin NATO saat pertemuan Senin (14/6) berharap untuk membuka babak baru dalam hubungan trans-Atlantik dengan Presiden AS, Joe Biden pasca hubungan yang kurang harmonis dengan pemerintahan Donald Trump.

Para anggota NATO untuk pertama kalinya sepakat untuk fokus pada penanganan perubahan iklim serta menghadapi kebangkitan militer Tiongkok.

Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg menggambarkan pertemuan itu sebagai momen penting dan melalui KTT akan membalik halaman pada empat tahun hubungan yang menegangkan dengan pendahulu Biden, Donald Trump.

Dalam pertemuan 30 negara NATO di Brussels, para diplomat mengatakan tidak ada yang jauh lebih penting daripada upaya aliansi negara-negara bersenjata nuklir yang didirikan pada 1949 itu untuk membantu menghadapi berbagai ancaman dari cuaca ekstrem yang dapat memperburuk konflik hingga upaya mengatasi ancaman Rusia yang melemahkan demokrasi Barat melalui serangan rahasia.

"NATO berutang kepada miliaran orang yang kita jaga keamanannya setiap hari untuk terus beradaptasi dan berevolusi guna menghadapi tantangan baru dan menghadapi ancaman yang muncul," kata Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dalam pernyataan yang telah dipersiapkan pada malam KTT di Brussels.

Sebelumnya, Johnson menjamu Biden dan para pemimpin negara kelompok tujuh (G7) lainnya di Cornwall, Inggris. n Rtr/bud/E-9

Baca Juga: