Presiden Joe Biden akan mengevaluasi kembali hubungan AS dengan Saudi setelah  koalisi negara-negara OPEC yang dipimpin Riyadh memutuskan memangkas produksi minyak yang akan menimbulkan kekhawatiran melonjaknya harga minyak dunia.

WASHINGTON DC - Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, akan mengevaluasi kembali hubungan AS dengan Arab Saudi. Menurut keterangan Gedung Putih pada Selasa (11/10), langkah evaluasi diambil setelah koalisi negara-negara penghasil minyak (OPEC) yang dipimpin Saudi memihak Russia untuk memangkas produksi.

Sebanyak 13 negara anggota negara-negara penghasil minyak dan 10 negara sekutu yang diketuai Russia (OPEC+), membuat marah Gedung Putih pekan lalu dengan keputusannya untuk memangkas produksi minyak sebesar dua juta barel per hari mulai November karena hal ini bisa meningkatkan kekhawatiran bahwa harga minyak bisa melonjak.

"Keputusan OPEC+ itu mengecewakan dan kami sedang mencari alternatif (lain) yang mungkin kami miliki untuk mencegah kenaikan harga minyak," kata Presiden Biden pada Kamis (6/10) pekan lalu.

Saat sesi wawancara dengan CNN, Biden mengatakan bahwa ia tidak akan membahas apa yang dia pertimbangkan dan apa yang ada dalam pikirannya. "Tetapi akan ada konsekuensinya," tegas Biden.

Dalam pernyataannya, Biden pun tidak mengungkapkan opsi apa yang sedang dipertimbangkan, tetapi Gedung Putih telah menjelaskan sebelumnya bahwa Biden sedang menilai kembali hubungan antara negara sekutunya itu.

"Saya pikir presiden sudah sangat jelas menyatakan bahwa hubungan ini perlu kita evaluasi kembali dan mungkin perlu kita tinjau kembali," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional, John Kirby, kepada CNN.

Sementara itu juru bicara Gedung Putih, Karine Jean-Pierre, mengatakan bahwa Biden yakin AS membutuhkan jenis hubungan yang berbeda dengan Arab Saudi," dan pemerintah saat ini sedang meninjau dan mengevaluasi kembali hubungan itu.

"Saat ini bukanlah waktunya untuk bersekutu dengan Russia, terutama dengan perang brutal yang belum pernah terjadi sebelumnya yang telah mereka mulai di Ukraina," kata Jean-Pierre.

Keputusan OPEC+ secara luas dilihat sebagai tamparan diplomatik di wajah, setelah Biden melakukan perjalanan ke Arab Saudi pada Juli lalu dimana ia bertemu dengan Putra Mahkota Kerajaan Saudi, Mohammed bin Salman (MBS).

Keputusan OPEC+ itu juga datang pada saat yang sensitif bagi Partai Demokrat yang dipimpin Biden, karena partai ini menghadapi pemilihan paruh waktu pada November dengan kenaikan harga konsumen yang menjadi poin pembicaraan utama Partai Republik.

Seruan Menendez

Pernyataan Biden terkait evaluasi kembali hubungan bilateral AS dengan Saudi muncul sehari setelah Bob Menendez, ketua Demokrat dari Komite Hubungan Luar Negeri Senat yang berpengaruh, meminta Washington DC untuk menghentikan semua kerja sama dengan Riyadh .

Menendez mengatakan langkah Saudi itu akan memperpanjang perang Russia di Ukraina dan hal itu pada akhirnya akan merugikan perekonomian global.

"AS harus segera membekukan semua aspek kerja sama kami dengan Arab Saudi, termasuk penjualan senjata dan kerja sama keamanan di luar apa yang mutlak diperlukan untuk membela personel dan kepentingan AS," kata Menendez. "Sebagai ketua Komite Hubungan Luar Negeri Senat, saya tidak akan memberi lampu hijau kerja sama dengan Riyadh sampai negara kerajaan itu menilai kembali posisinya sehubungan dengan perang di Ukraina," imbuh dia. AFP/I-1

Baca Juga: