WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, dan Presiden Tiongkok, Xi Jinping, pada Selasa (2/4), berbicara melalui telepon dalam upaya baru untuk meredakan ketegangan antara AS dan Tiongkok, dengan para pejabat tinggi AS segera berangkat ke Beijing.

Dikutip dari The Straits Times, percakapan telepon tersebut merupakan interaksi langsung pertama kedua pemimpin sejak pertemuan puncak pada November 2023 di California yang menunjukkan mencairnya persaingan jangka panjang antara dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia.

Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, dan Menteri Keuangan, Janet Yellen, yang keduanya telah menyuarakan kesediaannya untuk menemukan wilayah yang bisa bekerja sama dengan Tiongkok meski tetap mempertahankan tekanan, segera mengunjungi Tiongkok.

Yellen akan berangkat dalam beberapa hari mendatang, sementara Blinken segera melakukan perjalanan dalam beberapa minggu mendatang.

"Persaingan yang ketat memerlukan diplomasi yang intens untuk mengelola ketegangan, mengatasi kesalahan persepsi, dan mencegah konflik yang tidak diinginkan. Seruan ini adalah salah satu cara untuk melakukan hal itu," kata pejabat yang enggan disebutkan namanya.

Pembicaraan Mendalam

Stasiun televisi pemerintah Tiongkok, CCTV, mengatakan kedua pemimpin tersebut melakukan pembicaraan yang jujur dan mendalam mengenai isu-isu yang menjadi perhatian bersama.

Xi, pemimpin Tiongkok yang paling berkuasa dalam beberapa dekade, telah memperkuat kekuasaan di dalam negeri dan mengambil pendekatan yang keras di Asia, dengan tindakan keras terhadap kebebasan di Hong Kong dan konfrontasi yang tegas dalam beberapa pekan terakhir dengan Filipina di Laut Tiongkok Selatan.

Namun, para pengamat AS melihat Xi sangat ingin meredakan perselisihan dengan AS ketika Tiongkok menghadapi tantangan ekonomi yang berat.

Pada pertemuan puncak di California, ia menyetujui dua permintaan utama AS, membatasi bahan kimia prekursor fentanil, obat penghilang rasa sakit sintetis yang menyebabkan epidemi overdosis di AS, dan memulihkan dialog antara kedua militer untuk mengelola krisis.

Xi mungkin juga melihat lebih banyak peluang untuk bekerja sama dengan Biden, yang akan menghadapi pertandingan ulang pada pemilu November mendatang melawan Donald Trump, yang telah menjadikan Tiongkok sebagai musuh bebuyutan.

Biden telah mempertahankan atau mempercepat beberapa tindakan keras Trump, yang membuat Tiongkok marah atas larangan besar-besaran yang dilakukan Biden terhadap ekspor semikonduktor kelas atas.

Namun, pemerintahan saat ini juga telah mengidentifikasi bidang-bidang yang menjadi kepentingan bersama, seperti memerangi perubahan iklim.

Baca Juga: