WASHINGTON DC - Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, menegaskan dirinya akan berupaya dengan berbagai macam cara mencegah Tiongkok melampaui Amerika Serikat untuk menjadi negara paling kuat di dunia.

"Tiongkok memiliki tujuan secara keseluruhan untuk menjadi negara paling terdepan di dunia, negara terkaya di dunia dan negara paling kuat di dunia. Itu tidak akan terjadi dalam pengawasan saya karena Amerika Serikat akan terus bertumbuh," tegas Biden kepada wartawan di Gedung Putih, Kamis (23/3).

Dalam jumpa pers yang berlangsung selama lebih dari satu jam itu, Biden berjanji akan berinvestasi besar-besaran untuk memastikan Amerika Serikat menang dalam persaingan sengit antara dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia itu.

"Kami akan memastikan peningkatan investasi Amerika Serikat dalam teknologi baru yang menjanjikan, seperti komputasi kuantum, kecerdasan buatan dan bioteknologi," kata Biden.

Biden ingin mengembalikan investasi Amerika Serikat dalam penelitian dan pengembangan teknologi, hingga mendekati 2 persen Produk Domestik Bruto (PDB) yang diinvestasikan tahun 1980-an dari angka saat ini sekitar 0,7 persen.

"Masa depan terletak pada siapa yang bisa, faktanya, memiliki masa depan yang berkaitan dengan teknologi, komputasi kuantum, berbagai hal termasuk di bidang medis," cetus Biden.

"Kita akan melakukan investasi nyata," tegasnya, sambil menekankan bahwa pengeluaran Tiongkok untuk infrastruktur mencapai tiga kali lipat dari AS.

Pada kesempatan itu, Joe Biden juga mengkritik kepemimpinan Presiden Xi Jinping. Biden menuturkan dirinya pernah menghabiskan waktu "berjam-jam" dengan Xi saat masih menjabat Wakil Presiden Amerika Serikat di bawah pemerintahan Presiden Barack Obama. Biden menuding Xi sama dengan Putin, yakni pendukung autokrasi.

"Dia (Xi) salah satu orang, seperti Putin, yang berpikir bahwa autokrasi adalah masa depan, dan demokrasi tidak dapat berjalan di dunia yang kompleks," kata Biden tentang Xi.

"Dia tidak memiliki rasa demokrasi, tetapi dia pria yang cerdas dan pintar," paparnya menambahkan.

Tidak Akan Konfrontasi

Meski begitu, Biden mengatakan AS tidak ingin berkonfrontasi dengan Tiongkok mengenai masalah perang tarif perdagangan, demokrasi di Hong Kong, perlakukan terhadap etnis minoritas Uighur, hingga militer yang dinilai agresif.

Biden mengaku sudah menjelaskan posisi AS kepada Xi dalam percakapan telepon selama dua jam usai dirinya menjabat pada Januari lalu.

"Selama Anda dan negara Anda terus melanggar HAM secara terang-terangan, kami akan tanpa henti menyerukannya untuk menarik perhatian dunia, dan memperjelas, membuat jelas, apa yang terjadi. Dan dia mengerti itu," ucap Biden.

Biden mengatakan dia akan mendesak Xi "bermain dengan aturan internasional, persaingan yang adil, praktik yang adil, dan perdagangan yang adil".

Selain soal Tiongkok, Biden juga menyoroti Korea Utara yang baru saja melakukan uji coba rudal balistik yang pertama sejak setahun terakhir.

"Jika mereka memilih untuk eskalasi, kami akan meresponsnya," kata Biden ketika ditanya terkait uji coba rudal Korut.

Biden juga turut membahas masalah vaksinasi virus korona di AS dan masalah gelombang arus imigran ke AS yang meningkat tak lama setelah ia melonggarkan aturan imigrasi yang diterapkan pendahulunya, Presiden Donald Trump.

Terkait vaksinasi, Biden mengatakan berhasil memenuhi janji kampanyenya yakni memberikan 100 juta suntikan vaksinasi dalam 100 hari pertamanya sebagai presiden. Ia bahkan menuturkan janji itu ia penuhi 42 hari lebih cepat dari rencana.

"Saya tahu itu rencana ambisius, dua kali lipat dari tujuan awal kami. Tidak ada negara lain di dunia yang bisa mendekati target itu," kata presiden dari Partai Demokrat tersebut.

n SB/AFP/P-4

Baca Juga: