JAKARTA - sebagai tenaga kesehatan Bidan diharapkan bukan hanya membantu persalinan dan menekan angka kematian ibu dan bayi. Lebih jauh dari itu diharapkan berperan penting menurunkan angka kekerdilan atau stunting.
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan Pasal 46 menjelaskan bahwa tugas bidan meliputi pelayanan kesehatan ibu dan anak, reproduksi perempuan, dan keluarga berencana. Anak yang dinyatakan sehat dalam proses tumbuh kembang pada awal kehidupannya, adalah anak yang tidak mengalami stunting.
"Pada ranah inilah, peran bidan menjadi lebih luas, karena ia adalah figur fasilitator bagi keluarga untuk melakukan pencegahan dan penanganan stunting sejak dini. Sebagai bagian integral dari tenaga kesehatan, bidan memang memiliki peran yang strategis dalam mempercepat penurunan angka stunting demi mewujudkan generasi yang sehat, cerdas, dan berkualitas," ujar Ketua Ikatan Bidan Indonesia Provinsi Banten, Yani Purwasih, SKM, MM.Kes, dalam webinar berjudul "Pentingnya Kesehatan dan Literasi Gizi di Era Pandemi Covid, Demi Mencapai Bonus Demografi," Selasa (7/12).
Ia menambahkan bidan merupakan garda terdepan masyarakat dalam mendapatkan edukasi gizi untuk keluarga. Literasi gizi bukan hanya pengetahuan keterampilan membaca, menulis, berbicara, tetapi juga membaca kemampuan apa yang terjadi di sekitarnya. "Jadi, harapan saya bidan menjadi garda terdepan dalam mengawal Kesehatan ibu dan anak," ujar Yani.
Ketua Harian Yayasan Abhipraya Insan Cendekia (YAICI) Arif Hidayat meyakini, kehadiran bidan pada posyandu balita merupakan hal yang sangat krusial untuk memberikan dukungan kepada para ibu agar memperhatikan detail perkembangan anak, mulai dari pembiasaan perilaku bersih dan sehat, hingga penyusunan menu makan dengan kaidah gizi seimbang.
"Pengetahuan yang diberikan bidan sebagai yang terdekat dengan masyarakat akan berdampak baik terhadap peningkatan motivasi para ibu untuk memberikan nutrisi, pengasuhan, dan gaya hidup bersih secara optimal," ujar dia.
Edukasi dasar terutama tentang asupan gizi anak dan keluarga, apa yang baik dikonsumsi dan yang sebaiknya tidak dikonsumsi anak. Termasuk ikut berperan serta membantu mengubah kebiasaan konsumsi kental manis pada anak, diharapkan bidan dapat turut berperan serta. "Dengan lebih banyaknya pihak yang ikut terlibat membantu edukasi gizi ini, diharapkan target penurunan angka stunting menjadi 14 persen dapat diwujudkan," papar Arif Hidayat.
Sementara itu, Dokter Anak & Konsultan Nutrisi Metabolik dr. Novitria Dwinanda, SpA(K), mengatakan kasus stunting bisa ditangani sejak dini bila orang tua bisa memperhatikan nutrisi anak dan melakukan pemeriksaan tumbuh kembang anak. Anak perlu mendapat ASI dari ibu sebagai sumber nutrisi penting.
"Nutrisi terbaik adalah ASI dan setelah 6 bulan anak boleh diberi MPASI. Dan penting diingat susu kental manis bukan susu pertumbuhan jadi kental manis tidak bisa diberikan karena gulanya tinggi sedangkan proteinnya kecil," ujar dokter Novitria.