Sedikitnya 1 dari 5 orang dewasa muda di Korea Selatan menderita hutang dalam jumlah besar akibat melonjaknya biaya hidup.

Menurut studi oleh Korea Institute for Health and Social Affairs yang dipublikasi pada Senin (27/2), lebih dari 21 persen pemilik rumah berusia antara 19 dan 39 tahun melihat rasio utang terhadap pendapatan mereka melebihi 300 persen pada tahun 2021. Ini artinya tingkat utang mereka lebih dari tiga kali pendapatan mereka.

Lembaga penelitian yang dikelola negara itu melaporkan bahwa proporsi anak muda dengan rasio utang di atas 300 persen terus meningkat sejak 2012, yang saat itu sekitar 8,4 persen.

Laporan yang sama seperti yang dikutip Korea Herald, menunjukkan bahwa rumah tangga yang terdiri dari dua orang, juga mereka yang memiliki anak, serta penduduk Seoul dengan tingkat pendapatan rendah lebih cenderung berhutang untuk membiayai hidup mereka.

Dalam pengukuran utang lainnya, lebih dari 25 persen rumah tangga muda menggunakan lebih dari 30 persen pendapatan mereka untuk melunasi utang.

Rasio tersebut mengalami peningkatan tajam dalam sembilan tahun terakhir dibandingkan dengan 15,7 persen pada tahun 2012.

Hal ini dapat membuat orang dewasa muda yang mengambil pinjaman untuk membeli rumah atau aset keuangan seperti saham atau mata uang kripto rentan terhadap pengetatan moneter negara.

Pasalnya diketahui, Bank of Korea telah menaikkan suku bunga untuk mengekang inflasi setelah perlambatan ekonomi.

"Perlambatan ekonomi yang berkepanjangan akan memicu penurunan nilai kepemilikan aset, atau peningkatan utang. Hal ini dapat membuat generasi muda terancam terpinggirkan, mengancam akan menciptakan tong mesiu ekonomi dan membayangi prospek ekonomi pemulihan ekonomi," kata Kwak Yoon-kyung, seorang peneliti yang memimpin penelitian tersebut.

Tak hanya itu, studi tersebut juga menunjukkan bahwa rata-rata utang tahunan orang dewasa muda ini meningkat lebih dari dua kali lipat selama periode yang disebutkan.

Korea Institute for Health and Social Affairs mencatat jumlah utang orang dewasa muda di Korea Selatan meningkat menjadi 84,5 juta won pada tahun 2021 dari yang sebelumnya berkisar di angka 34 juta won pada tahun 2012.

Resesi Seks

Biaya hidup generasi muda yang lebih tinggi dianggap sebagai salah satu penyebab di balik tingkat kesuburan yang rendah di Korea Selatan.

Sekitar 20 persen populasi Korea Selatan diproyeksikan berusia 65 tahun atau lebih pada tahun 2025. Pada saat yang sama, tingkat kesuburan menurun tajam, memecahkan rekornya untuk tingkat kesuburan terendah di dunia dengan angka 0,78 untuk tahun 2022.

Dalam banyak kasus, mereka mengambil pinjaman untuk menutupi biaya perumahan atau biaya hidup, atau untuk berinvestasi dalam aset berisiko untuk mencari rejeki nomplok keuangan yang cukup besar untuk membiarkan mereka membeli rumah.

Mengatasi hal ini, pemerintahan Yoon Suk Yeol telah menawarkan penghapusan utang bagi mereka yang berusia 34 tahun atau lebih muda sejak 2022 melalui program keringanan utang yang disebut Layanan Konseling dan Pemulihan Kredit.

Komisi Jasa Keuangan mengumumkan bahwa batas usia bagi mereka yang memenuhi syarat untuk program ini akan dicabut pada bulan Maret mendatang.

Baca Juga: