BI akan mulai mempertimbangkan meningkatkan suku bunga acuan ketika inflasi inti mencapai 3 persen yoy, yang diperkirakan akan terjadi pada September mendatang.

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memberikan sinyalemen untuk memperketat kebijakan moneter melalui instrumen kenaikan suku bunga acuan. Penyesuaian suku bunga acuan dilakukan jika ada tanda-tanda inflasi inti yang terdeteksi lebih tinggi, sehingga akan tetap mewaspadai tekanan inflasi dan dampaknya terhadap ekspektasi inflasi.

"Dalam kebijakan moneter, Rapat Dewan Gubernur BI sebelumnya telah memutuskan untuk mempertahankan kebijakan suku bunga acuan," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Juda Agung, dalam Kegiatan Sampingan G20 Indonesia 2022 bertajuk "Central Bank Policy Mix for Stability and Economic Recovery" di Nusa Dua, Badung, Bali, Rabu (13/7).

Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) mulai meningkat, yang didorong oleh tekanan dari sisi penawaran sebagai akibat wajar dari kenaikan harga komoditas internasional. Secara tahunan atau year on year (yoy), inflasi pada Juni 2022 di level 4,35 persen, lebih tinggi dibandingkan capaian pada Mei 2022 sebesar 3,55 persen sekaligus menjadi yang tertinggi sejak Juni 2017.

Namun, inflasi inti baru mencapai 2,36 persen yang disebabkan oleh kenaikan harga bahan pangan. Inflasi inti tetap dalam target kisaran BI sebesar 2-4 persen.

Selain itu, dia mengatakan inflasi harga bergejolak juga meningkat, yang terutama dipengaruhi oleh kenaikan harga pangan global dan kendala sisi penawaran yang disebabkan oleh cuaca buruk. Inflasi harga yang diatur pemerintah pun tetap tinggi, yang dipengaruhi oleh harga tiket pesawat dan energi.

Juda menjelaskan peningkatan inflasi memang terjadi di seluruh dunia, dengan harga pangan dan energi menyentuh rekor tertinggi, yang memukul standar hidup di seluruh dunia. "Pengetatan kebijakan moneter yang agresif untuk mengatasi inflasi di beberapa negara maju ekonomi, telah memperketat kondisi keuangan global dan telah mendorong pasar volatilitas baru-baru ini, " tuturnya.

Penyesuaian Bertahap

Sebelumnya sejumlah pengamat memperkirakan BI akan menaikkan bunga acuan secara bertahan tahun ini sebesar 50 basis poin (bps). Saat ini, BI 7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,5 persen.

Ekonom Senior Mirae Aset Sekuritas Rully Wisnubroto memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak dua kali pada semester II-2022 dengan masing-masing kenaikan sebesar 25 bps.

"Bank Indonesia diperkirakan meningkatkan suku bunga di September dan Desember masing-masing sebanyak 25 bps sehingga BI 7 Day Reverse Repo Rate akan berada di posisi 4 persen pada akhir 2022," kata Rully dalam Mirae Asset Second Semester Market Outlook 2022 yang dipantau di Jakarta, Selasa (12/7).

Menurutnya, BI akan mulai mempertimbangkan meningkatkan suku bunga acuan ketika inflasi inti telah mencapai 3 persen yoy, yang diperkirakan akan terjadi pada September mendatang.

"Sejalan dengan kondisi perekonomian yang akan mengalami akselerasi di semester II, kami memperkirakan inflasi inti akan mengalami kenaikan," katanya.

Sementara itu, peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad menilai BI perlu menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bps atau menjadi 4 persen. Menurutnya, kenaikan BI7DRR sebesar 50 basis poin pada Juli nanti adalah start poin paling tepat. Kemudian BI bisa melakukannya secara bertahap hingga akhir 2022.

"Agar cepat merespon capital outflow dan juga nilai tukar dan inflasi," kata Tauhid.

Baca Juga: