JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memperkirakan kinerja rupiah tahun depan diperkirakan lebih baik ketimbang tahun ini. Pertimbangannya meliputi pertumbuhan ekonomi lebih tinggi, lalu inflasi tetap terkendali, kondisi neraca pembayaran dan defisit transaksi masih rendah, serta imbal hasil dari Surat Berharga Negara (SBN) maupun aset keuangan juga terus menarik.
"Sehingga kami meyakini bahwa akhiran modal asing tidak hanya PMA (Penanaman Modal Asing) dari hilirisasi, tapi juga dari investasi portofolio. Karena itu, kenapa dalam penjelasan kami sebelumnya, rupiah itu kami perkirakan menguat," ujar Gubernur BI, Perry Warjiyo saat dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi XI DPR RI yang dipantau secara virtual, Jakarta, Kamis (8/6).
Pada tahun ini, nilai tukar rupiah berkisar 14.800-15.200 rupiah per dollar AS, sementara tahun depan menjadi 14.600-15.100 rupiah per dollar AS.
"Namun, kami juga meyakini dalam perumusan APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara), tentu saja ada suatu kecenderungan (bahwa) angka-angka titik tengahnya itu lebih tinggi dari yang angka titik tengahnya Bank Indonesia," ujar Perry.
Untuk titik tengah dari BI adalah 14.800 rupiah per dollar AS dari kisaran 14.600-Rp15.100 rupiah per dollar AS. Namun, Kementerian Keuangan memandang keperluan untuk menetapkan titik tengah yang lebih tinggi, sebesar 14.900 rupiah per dollar AS dari kisaran 14.700-15.200 rupiah per dollar AS.
"Masih sejalan dengan pandangan kami bahwa rupiah akan menguat dan memberikan ruangan bagi pemerintah kalau memang memilih titik tengah yang di atas dari Bank Indonesia. Titik tengahnya Bank Indonesia 14.800 rupiah (per dollar AS), pemerintah kalau memerlukan 14.900 rupiah (per dollar AS) itu masih dalam konsistensi," katanya pula.
BI mencatat, nilai tukar rupiah secara tahun kalender atau year-to-date (ytd) terapresiasi sebesar 3,85 persen hingga 31 Mei 2023. Capaian tersebut lebih baik dibandingkan dengan mata uang India dan Thailand.
Komitmen Stabilisasi
Perry menyampaikan BI terus berkomitmen melakukan langkah stabilisasi nilai tukar rupiah, baik melalui intervensi di pasar spot, domestic non deliverable forward (DNDF), juga bekerja sama dengan Kementerian Keuangan untuk melakukan langkah stabilisasi di pasar SBN.
Optimisme serupa juga disampaikan Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan dari LPEM FEB UI, Teuku Riefky. Menurut perkiraannya, nilai tukar rupiah pada 2024 diperkirakan berada di kisaran 14.700-15.000 rupiah per dollar AS.
Penguatan tersebut dinilainya dapat berimplikasi terhadap kenaikan cadangan devisa negara. Sebab, upaya intervensi untuk stabilisasi rupiah berkurang tahun depan seiring berkurangnya ketidakpastian global.
Dia memperkriakan cadangan devisa diperkirakan berada di kisaran 145-150 miliar dollar AS tahun depan. Pada akhir April 2023, cadangan devisa mencapai 144,2 miliar dollar AS.