JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memperkirakan ekonomi pada kuartal II-2020 akan berkontraksi atau negatif 4 hingga 4,8 persen karena kebijakan pembatasan pergerakan orang dan barang untuk menghindari meluasnya penyebaran Covid-19.

Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti, dalam diskusi secara daring di Jakarta, Senin (20/7), mengatakan dengan kondisi tersebut maka tantangan terberat ke depan adalah pemulihan ekonomi.

Dia memperkirakan pola pemulihan perekonomian Indonesia kurvanya seperti U-Shaped, karena pemulihan yang relatif lebih lambat dari perkiraan semula. Pemulihan yang lambat itu disebabkan kasus penambahan Covid-19 belum mencapai puncak, bahkan semakin hari semakin bertambah kasus positif.

Jumlah kasus baru, tambahnya, terus meningkat bahkan mencapai rata-rata 1.000 kasus per hari seiring dengan semakin banyaknya tes cepat yang dilakukan pemerintah. Namun demikian, dia menilai jika hanya melihat perkembangan ekonomi dari sisi bertambahnya jumlah kasus juga kurang adil, karena yang perlu diperhatikan pula yakni angka yang meninggal.

"Fatality rate kita semakin menurun dan melandai. Nah, ini merupakan harapan kalau kondisi kesehatan dan perekonomian bisa lebih baik ke depan," kata Destry.

Lebih Lama

Dalam kesempatan terpisah, Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI, Onny Widjanarko, mengatakan kontraksi perekonomian global berlanjut dan pemulihan ekonomi dunia lebih lama dari perkiraan sebelumnya. Kondisi tersebut didorong oleh peningkatan kembali penyebaran Covid-19 di beberapa negara serta mobilitas pelaku ekonomi yang belum kembali normal sejalan penerapan protokol kesehatan.

"Perkembangan ini menyebabkan efektivitas berbagai stimulus kebijakan yang ditempuh dalam mendorong pemulihan ekonomi di banyak negara menjadi terbatas," kata Onny.

Sejalan dengan permintaan global yang lemah, volume perdagangan dan harga komoditas dunia juga lebih rendah dari perkiraan semula dan menurunkan tekanan inflasi global.

"Selain itu, ketidakpastian pasar keuangan global juga meningkat didorong oleh lambatnya pemulihan ekonomi global serta kembali meningkatnya tensi geopolitik AS-Tiongkok," kata Onny.

Sementara itu, Guru Besar Ekonomi dari Universitas Brawijaya, Candra Fajri Ananda, mengatakan jika memang proyeksi BI benar, harapan pemerintah tentunya ada pada program pemulihan ekonomi yang saat ini digulirkan.

"Kalau dilihat dari geliat sektor riil, terutama sektor industri, serta naiknya serapan anggaran program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), kita bisa optimis di kuartal III-2020 pertumbuhan ekonomi positif," kata Candra.

Pertumbuhan positif itu diharapkan tercapai dari konsumsi pemerintah, terutama belanja kementerian/ lembaga yang penyerapannya dipercepat karena perannya sangat krusial mendorong pertumbuhan. Begitu juga dana transfer daerah, perlu secepatnya diberikan agar dalam awal periode kuartal ketiga sudah menunjukkan serapan yang besar.

"Poinnya adalah kita tetap harus optimis dan terus mendorong penguatan ekonomi domestik melalui bantuan untuk mendorong konsumsi dan insentif untuk mendorong sektor produksi," pungkasnya. n SB/E-9

Baca Juga: