Kegiatan utama komunitas adalah bersepeda ke tempat kerja untuk menjaga kesehatan tubuh dan lingkungan.

Gowes bagus. Tapi bukan menjadi tujuan. Gowes jauh juga bukan tujuan. Tujuan sebenarnya adalah bahagia sebelum beraktivitas di kantor. Itulah semacam moto komunitas Gowes Nuju Kantor (Gontor).

Komunitas Gontor bersepeda ke kantor sebagai pemanasan sebelum memulai aktifitas bekerja. Ya, aktivitas bersepeda yang menguras energi dan keringat ternyata mampu menjadi pemanasan sebelum melakukan aktivitas ke kantor.

"Saya berani taruhan. Orang yang bersepeda, sesampainya di kantor pasti sudah panas. Dengan begitu, dia siap untuk bekerja," ujar Adhi Prayogi, inisiator komunitas Gontor yang ditemui di Jakarta. Selain itu, para pesepeda memiliki manajemen waktu yang baik karena mereka didorong mengatur waktu untuk sampai ke tempat kerja.

Berbeda dengan pekerja yang ke kantor menggunakan kendaraan umum maupun pribadi. Turun dari kendaraan, mereka perlu pemanasan sebelum kerja dengan sarapan atau minum kopi. Upaya tersebut tidak lain untuk mempersiapkan diri menghadapi setumpuk pekerjaan.

Gowes ke kantor sedikit berbeda dengan gowes sebagai sarana hiburan atau olah raga yang dilakukan setiapakhir pekan. Para pecintanya tidak harus berkumpul di satu titik untuk bersepeda menuju tempat kerja. Karena, mereka memiliki waktu kerja maupun jarak tempuh yang berbedabeda.

Setiap pesepeda akan menentukan sendiri jadwal keberangkatan disesuaikan dengan jarak tempuh dan jam masuk kantor. Sesekali mereka membuat janji dengan sesama pesepeda melalui media sosial. Namun janji yang dibuatpun tidak terikat, sekadar kalau kebetulan ada teman yang berangkat di waktu yang sama.

Karena bagaimanapun, gowes bersama teman lebih menyenangkan ketimbang gowes seorang diri. Adhi Paryogi yang biasa disapa Yogi mengatakan bersepeda bersama teman ada yang diajak untuk ngobrol.

"Kalau gowes sendiri berasa capek, kalau ada teman satu saja bisa diajak ngobrol," ujar dia. Ngobrol yang dimaksud bukan seperti ngobrol di warung kopi, namun obrolan sekadar saling sapa maupun saling menjaga selama di perjalanan.

Tanpa disadari, gowes mempertemukan dengan orang-orang yang memiliki pribadi baik. Orang-orang yang memiliki jiwa sosial, peduli teman maupun lingkungan.

"Anak sepeda ke-bike-an,"ujar dia mengistilahkannya yang memiliki kesamaan padanan kata dengan kebaikan. Sehingga, dia mudah menggalang dana untuk suatu kegiatan sosial maupun jika ada teman komunitas yang membutuhkan pertolongan. Kegiatan sosial merupakan kegiatan lain selain bersepeda ke kantor.

Kegiatan berupa mengumpulkan dana untuk disumbang ke pihak-pihak yang membutuhkan, seperti saat terjadi kebakaran di Manggarai, Jakarta. Terkadang, mereka menjual kaos yang keuntunganannya untuk dana sosial.

Gontor berdiri secara tidak sengaja. Bermula dari keinginan, Yogi untuk berangkat ke kantor menggunakan sepeda. Upaya tersebut tidak lain untuk proses penyembuhan sakit tulang belakangnya setelah sebelumnya ia berkonsultasi dengan dokter.

Komunikasi komunitas dilakukan melalui whatsapp group serta tidak memiliki kegiatan gathering seperti umumnya komunitas. Karena kegiatan utama komunitas adalah bersepeda ke tempat kerja untuk menjaga kesehatan tubuh dan lingkungan.

Sebagai anak sepeda yang bergabung dengan komunitas federal, ia mengajak temantemannya untuk bergabung. Namun belum ada temantemannya yang bergabung, karena mereka biasa gowes untuk hiburan dan olah raga bukan saat berangkat ke kantor. Maka, ia pun jalan seorang diri.

Lama-kelamaan, ia memberanikan diri untuk mengajak teman-temannya di sekitar Depok, daerah tempat tinggalnya. Ada beberapa orang yang ikut serta sampai akhirnya membuat kaos.

Karena pesanan kaos minimal 12 kaos, sisa kaos yang tidak digunakan ditawarkan melalui facebook. Ternyata, banyak yang minat dan ikut bergabung. Sampai saat ini, anggota Gontor sebanyak 200- an orang. Mereka berasal dari beberapa kota satelit di sekitar Jakarta. din/E-6

Mendukung Jalur Sepeda di Jakarta

Meski masih menuai polemik, pengadaan jalur sepeda akan mendorong masyarakat beralih ke roda transportasi tanpa polusi ini. Di sisi lain, pengadaan jalur sepeda perlu ditunjang dengan fasilitas pendukung, seperti kamar mandi, serta dukungan masyarakat.

Belum lama ini, pemerintah Provinsi DKI Jakarta melakukan uji coba pembuatan jalur sepeda. Mereka berencana membuat jalur sepeda sepanjang 500 kilometer yang diperkirakan selesai pada 2022. Saat ini, pengadaan jalur tersebut menuai kritik di tingkat legislatif, terutama terkait anggaran.

Yogi beranggapan masih banyaknya polemik di masyarakat tentang pengadaan jalur sepeda semestinya tidak menghalangi pembuatan jalur tersebut. "Jadi menurut saya, inilah (jalur sepeda) yang kita mulai sekarang, kalau enggak dimulai sekarang, kapan lagi," ujar dia.

Jalur sepeda akan memberikan ruang para pesepeda dapat berkendaan lebih aman di jalan raya. Yogi menyadari bahwa pengadaan jalur sepeda merupakan proses panjang.

Dia juga berpendapat, hasil pembuatan jalur sepeda belum dapat disamakan dengan negara yang memiliki kebiasaan bersepeda, seperti Belanda. Hal ini tidak lain lantaran masyarakat dalam negeri masih terbiasa dengan kendaraan bermotor. "Supaya kayak Belanda, kita mulai dari sekarang," ujar bapak satu anak ini.

Pembuatan jalur sepeda perlu diimbangi dengan fasilitas pendukung. Salah satunya, gedung maupun pusat perbelanjaan menyediakan kamar mandi yang digunakan untuk para pesepada. Sehingga sampai di tempat tujuan, mereka dapat membersihkan diri sebelum melakukan aktifitas lainnya.

Sarana pendukung lainnya berupa parkir khusus untuk sepeda. Umumnya, gedung menyediakan parkir untuk mobil maupun motor namun tidak menyediakan parkir untuk para pesepeda.

Sepeda merupakan kendaraan pada umumnya yang membutuhkan kantong parkir di ruang publik. Terlebih ada harga sepeda dapat menyamai harga mobil avanza, sehingga sepeda membutuhkan ruang penyimpanan khusus.

Keberadaan jalur sepeda perlu mendapat dukungan dari pengendara kendaraan bermotor maupun pemerintah. Bentuk dukungannya dapat berupa tidak memarkir kendaraan di jalur sepeda. Pemerintah juga diminta bisa menindak tegas masyarakat yang menggunakan jalur sepeda yang tidak sesuai fungsinya.

Dalam jangka panjang, Yogi dan para pesepeda mengarapkan jalur sepeda tengah diuji coba di Jakarta akan dibuat di kota-kota satelit, seperti Depok, Bogor, Bekasi maupun Tangerang.

Umumnya, para pekerja Jakarta bertempat tinggal di kota-kota satelit. Sehingga setiap pagi, para pecinta sepeda yang tinggal di kota satelit akan mengayuh sepeda menuju tempat kerja di Jakarta dengan aman. din/E-6

Persiapan Matang, Gowes Nyaman

Gowes ke kantor menempuh jarak puluhan kilometer membutuhkan persiapan yang lebih detail ketimbang menggunakan kendaraan umum. Persiapan tersebut tidak lain supaya para pesepeda merasa nyaman selama perjalanan.

Yogi mengaku untuk gowes ke kantor dia membutuhkan istirahat yang cukup. Untuk itu, ia memilih untuk tidak tidur terlalu larut malam supaya pada pagi harinya ia memiliki energi.

"Karena gowes ke kantor dilakukan setiap hari, berbeda dengan gowes di Sabtu atau Minggu ataupun sekedar untuk olah raga," ujar dia yang setiap hari gowes dari rumahnya di bilangan Kelapa Dua, Depok ke kantornya di daerah Kuningan.

Selain itu, ia memilih bersepeda pada pagi hari. Karena, udara pagi masih segar, lalu lintas jalanan belum terlalu macet serta lebih santai. Dari rumahnya, Yogi biasa berangkat pukul 05.15 WIB untuk menempuh perjalanan selama 26 kilometer selama satu jam.

Sementara Anggita Ihsaniah, 30, guru, mengatakan bahwa dirinya selalu mandi dahulu sebelum berangkat kerja menggunakan sepeda. Walaupun sesampainya ditempat kerja, dia akan mandi kembali. "Rasanya biar lebih segar saja," ujar dia. Setiap hari, Anggita selalu menempuh perjalanan sepanjang 20 kilometer untuk pulang pergi ke kantornya.

Hampir senada dengan Anggita, Muthmainah Putri, 36, karyawan Accounting & Import Departement di PT Perdana Victory Cemerlang, mengatakan selalu mandi sebelum memulai gowes. Selain sebagai persiapan sebelum gowes, mandi pagi sebelum subuh telah menjadi kebiasaannya.

Namun sampai kantor, dia belum tentu mandi lagi. "Nggak selalu mandi lagi, yang penting ganti baju, ganti baju dalam itu wajib," ujar wanita yang biasa disapa Nona Muthi oleh rekan-rekannya.

Setiap ke kantor, Muthi menempuh jarak sekitar 55 kilometer dari rumahnya di bilang Depok, Jawa Barat ke daerah Cempaka Mas, Jakarta Pusat. Awalnya, Muthi yang mulai gowes ke kantor sejak 2011 terdesak karena kebutuhan.

Saat itu, moda trasnpotasi umum belum senyaman saat ini dan ongkosnya tergolong mahal. Maka, ia beralih ke sepeda sebagai penghematan.

Tanpa disadari, gowes ke kantor terasa lebih menyenangkan. Selain badan terasa lebih segar, dia tidak perlu dipusingkan dengan kondisi lalu lintas yang padat termasuk dengan aturan ganjil genap.

Dari rumahnya, biasanya, dia berangkat pukul 05.45 WIB. Kecuali kalau ada teman yang mengajak berangkat bersama dia akan berangkat lebih pagi. din/E-6

Baca Juga: